Senin, 02 Januari 2017

LAPORAN PRAKTIKUM KADAR AIR, PROTEIN KASAR, SERAT KASAR, KADAR ABU DAN KONVERSI DATA SAMPEL DEDAK



NAMA : I MADE KRISTIAWAN
NIM : 1507105114
SEMESTER  : II

BAB I
PENDAHULUAN

Bahan pakan merupakan kebutuhan pokok  bagi setiap ternak. Sebagian besar  bahan pakan terdiri dari unsur - unsur pokok yaitu air, mineral, karbohidrat, lemak dan protein. Kelima unsur ini dibutuhkan oleh hewan ternak dan manusia untuk pertumbuhan, produksi, reproduksi dan hidup pokok. Makanan ternak berisi zat nutrisi dengan kandungan yang berbeda-beda karena itu perlu dilakukan analisis untuk mengetahui kualitas dan kuantitas zat gizi yang dibutuhkan oleh ternak. Kualitas bahan pakan dan komponennya ini dapat dinilai melalui tiga tahapan penilaian, yaitu secara fisik, kimia, dan biologis. Salah satu tahapan dari penilaian ini dapat dilakukan melalui analisis proksimat.
Analisis proksimat merupakan suatu metode analisis secara kimia untuk mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen lain dengan jumlah yang sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang dimaksud, itulah sebabnya mengapa hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang mendekati angka fraksi yang sesungguhnya.
Analisis proksimat berupa analisa kadar air, kadar abu, bahan kering, analisa protein kasar, lemak kasar dan analisa serat kasar. Pada setiap analisis terdapat metode – metode yang berbeda. Pada dasarnya, analisis proksimat bermanfaat dalam mengidentifikasi kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan yang belum diketahui sebelumnya yang selanjutnya disebut sampel. Selain dari itu, analisis prokimat merupakan dasar dari analisis-analisis yang lebih lanjut.









































BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Analisis makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total, air total, lemak total, protein total dan karbohidrat total, sedangkan untuk kandungan mikronutrien difokuskan pada provitamin A (β-karoten) (Sudarmadji et al., 1996). Analisis vitamin A dan provitamin A secara kimia dalam buah-buahan dan produk hasil olahan dapat ditentukan dengan berbagai metode diantaranya kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom absorpsi, kromatografi cair kinerja tinggi, kolorimetri dan spektrofotometri sinar tampak (Susi .  2001).
Analisa proksimat merupakan pengujian kimiawi untuk mengetahui kandungan nutrien suatu bahan baku pakan atau pakan. Metode analisa proksimat pertama kali dikembangkan oleh Henneberg dan Stohman pada tahun 1860 di sebuah laboratorium penelitian di Weende, Jerman (Hartadi et al., 1997). McDonald et al. (1995) menjelaskan bahwa analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
Bahan pakan mengandung zat-zat kimia yang secara umum semua makanan mengandung air yang lebih banyak dari kandungan lain. Tinggi rendahnya kadar air mempengaruhi kebutuhan hewan akan air minum. Banyaknya air yang terkandung pada suatu bahan makanan dapat diketahui jika bahan tersebut dipanaskan atau dikeringkan pada temperatur tertentu. Menurut Krishna (1980), komponen air adalah air dan senyawa organik yang mudah menguap. Abu sendiri terdiri dari unsur mineral, namun bervariasinya kombinasi unsur mineral dalam bahan pakan asal tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indek untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu.
1. Kadar air
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat Hafez, E.S.E. (2000).
Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang paling kering sekalipun,masih terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah yang kecil.Bahan yang paling banyak mengadung kadar air adalah  tepung kedele dengan nilai 18,1490 dan yang memiliki berat kering paling besar adalah tepung darah dengan nilai 99,7501.Kadar bahan kering ini pun dapat berubah-ubah,tergantung dari suhu dan kelembaban dari suatu wilayah ternak itu dipelihara.
Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan pada suhu 105C. Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi, 1994). Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis). Metode pengeringan melalui oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi beberapa makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah terbang) yang bisa hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997).
2. Protein Kasar          
Anggorodi (2005) menyatakan protein adalah esensial bagi kehidupan karena zat tersebut merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup.Bahan yang paling banyak mengandung protein kasar adalah bungkil kedele.Karena nya,bungkil kedele mengandung asam amino paling tinggi dari bahan yang kami praktikumkan. Susi(2001) menyatakan bahwa bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah kandungan zat makanan dikurangi persentase air,abu,protein kasar,lemak kasar,dan serat kasar. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dihitung sebagai nutrisi sampingan dari protein.
Kadar protein pada analisa proksimat bahan pakan pada umunya mengacu pada istilah protein kasar. Protein kasar memiliki pengertian banyaknya kandungan nitrogen (N) yang terkandung pada bahan tersebut dikali dengan 6,25. Definisi tersebut berdasarkan asumsi bahwa rata-rata kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram per 100 gram protein (NRC, 2001). Protein kasar terdiri dari protein dan nitrogen bukan protein (NPN) (Cherney, 2000).
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen protein tidak selalu 16% (Soejono, 1990).  Menurut Siregar (1994) senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak. Jika konsumsi N makanan rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga rendah. Jika nilai hayati protein dari makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut didegradasi di dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah.

3. Serat Kasar
Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh ternak monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai mikroorganisme rumen yang memiliki kemampuan untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa (Chandra. 2001).
Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman (Anggorodi, 1994). Pakan hijauan merupakan sumber serta kasar yang dapat merangsang pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat kasar dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen (Farida, 1998) menyatakan bahwa Serat kasar merupakan kemudahan bagi makluk hidup untuk mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh.  Danuarsa, (2006) menyatakan bahwa kandungan serat kasar yang tinggi padapakan akan menurunkan koefisiensi cerna dalam bahan  pakan tersebut,karena serat kasar megandung bagian yang sukar untuk dicerna. Danuarsa, (2006) menyatakan bahwa Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak larut dalam H2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturur-turut dimasak selama 30 menit.. Kamal (1998) menyatakan analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar dalam bahan baku pakan pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan secara kimiawi dengan metode mendell.
Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi (Tillman et al., 1991). Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar (Soejono, 1990).
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium hidroksida pada kondisi terkondisi (Suparjo, 2010). Serat kasar sebagian besar berasal dari sel dinding tanaman dan mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010). Lu et al. (2005) menyatakan bahwa serat pakan secara kimiawi dapat digolongkan menjadi serat kasar, neutral detergent fiber, acid detergent fiber, acid detergent lignin, selulosa dan hemiselulosa. Peran serat pakan sebagai sumber energi erat kaitannya dengan proporsi penyusun komponen serat seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010). Menurut Cherney (2000) serat kasar terdiri dari lignin yang tidak larut dalam alkali, serat yang berikatan dengan nitrogen dan selulosa.

4. Kadar Abu
Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan kandungan mineral pada bahan tersebut. Menurut Cherney (2000) abu terdiri dari mineral yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam detergen Kandungan bahan organik suatu pakan terdiri protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
Karra (2007) menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur  adalah dengan suhu 400-600 derajat Celcius dan Halim (2006) menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu (ash) . Disini, bahan pakan ternak yang paling banyak mengandung kadar abu adalah  tepung kulit kerang dengan persentase 92,9000. Ini disebabkan karena tepung kulit kerang memang terdiri bahan anorganik yang terdiri dari mineral - mineral seperti kapur.
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990). Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu 400-600oC sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu yang dianggap mewakili bagian inorganik makanan. Namun, abu juga mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif (Anggorodi, 1994). 



BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Pengambilan dan Penyusunan Sampel
3.1.1 Pengambilan Sampel
            Sampling atau pengambilan sampel pada prinsipnya adalah pengambilan sampel yang dapat menggambarkan dan mewakili keseluruhan bahan. Maka dari itu pengambilan sampel dilakukan beberapa kali di berbagai lokasi, umpama bagian tengah, pinggir, atas atau bawah. Kuantitas yang diambil di setiap lokasi tadi sama beratnya. Setelah itu dicampur sampai rata. Oleh karena untuk untuk analisa hanya diperlukan sampel sedikit, maka perlu mengurangi atau mereduksi kuantitas sampel, jadi homogenitas merupakan syarat yang mutlak dalam pengambilan sampel.
            Ada beberapa bahan agak sukar membuat homogen seperti bahan yang bentuknya agak panjang atau butiran besar, bahan seperti itu dibuat menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan jalan memotong atau menggiling. Setelah itu baru dicampur dengan sampel homogen.

3.1.2 Perlakuan Sampel
            Pada umumnya tidak semua sampel yang dikirim  ke laboratorium atau yang diambil sudah siap untuk dianalisa. Jadi sampel perlu mendapat perlakuan agar siap dianalisa.
Tahap persiapan sampel seperti berikut :
a.       Sampel yang baru dating atau yang baru diambil ditimbang dengan segera.
b.      Pisahkan antara bagian yang dapat dimakan dengan yang lainnya lalu ditimbang masing-masing bagian.
c.       Untuk hijauan seperti rumput dipotong pendek 2-3 cm.
d.      Bila sampel terlalu banyak ambil sub sampel secukupnya :
·         100 gram untuk sampel berkadar air rendah.
·         500 gram untuk sampel berkadar air tinggi.
e.       Masukkan ke kantong kertas yang sudah diketahui beratnya.
f.       Timbang dan oven di forced draught oven pada suhu 70˚C sampai kering yang ditandai dengan bahan mudah dipatahkan dan keluar bunyi bila diremas.umumnya proses ini berlangsung 36-48 jam.
g.      Bahan dikeluarkan dan dibiarkan pada suhu kamar untuk menyeimbangkan kandungan air bahan.
h.      Timbang (berat kering udara)
                                    :
i.        Sampel yang sudah kering digiling dengan gilingan bersaringan 1 mm.
j.        Hasil gilingan disimpan dalam kantong plastik atau botol yang bertutup vakum.
k.      Beri label atau etiket pada botol atau kantong plastic.

3.2 Analisisa proksimat
          Analisa proksimat dikembangkan diweende experiment station Jerman. Cara ini sering disebut cara Weende. Jenis analisa yang termaksud didalamnya adalah penentuan :
a.       Bahan kering ( BK )
b.      Protein kasar ( PK )
c.       Serat kasar  ( SK )
d.      Eter ekstrak ( EE )
e.       Abu
3.2.1 Penentuan Bahan Kering atau Kadar Air
Alat-alat :
1.      Cawan porselin
2.      Neraca analitik
3.      Desikator
4.      Oven
5.      Pingset atau gegep
Cara kerja
1.      Cawan dicuci, dibilas dan dikering anginkan.
2.      Ovenkan pada suhu 105-110 ºC sampai bobot tetap, biasanya selama 3 jam
3.      Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
4.      Timbang sebagai berat konstan cawan
5.      Kedalam cawan masukkan sampel sebanyak 1-20000 g, timbang sebagai bobot awal
6.      Tentukan bobot konstan cawan dan sampel dengan jalan
a.       Ovenkan selama 9-12 jam pada suhu 105-110ºC
b.      Dinginkan dalam desikator 30 menit
c.       Timbang sebagai bobot akhir
d.      Untuk meyakinkan bobot konstan, dapat diovenkan lagi seperti diatas
e.       Atau ovenkan selama 2 jam pada suhu 135º kurang lebih 2˚C , kemudian timbang

3.2.2  Protein Kasar
   1.  Makro Kjeldahl
Prinsip kerja :
  Ikatan nitrogen suatu bahan akan dipecah dan diikat oleh asam sulfat pekat dalam bentuk ammonium sulfat. Dalam suasana basa amonium sulfat akan melepas amonianya dan di tangkap oleh larutan asam. Dengan jalan titrasi kandungan nitrogen dapat diketahui.

Dasar reaksi :
              Sampel + H2SO4                                   KATALIS                          ( NH4 )2SO4

              (NH4 )2SO4 + 2 NaOH                                          2 NH4OH + Na2SO4
                                   NH4OH                                                         NH3 + H2O
               3 HN3 + H3BO3                                                      ( NH4)3BO3
                (NH4)3BO3 + 3 HCl                                              2 NH4Cl + H3BO3

Alat :
1.      Labu kjeldahl
2.      Neraca analitik
3.      Butiran gelas
4.      Alat destruksi
5.      Corong penyaring
6.      Labu ukur
7.      Gelas ukur
8.      Erlenmeyer
9.      Alat destilasi
10.  Burret

Zat kimia
1.      asam sulfat pekat
2.      natrium hidroksida 50% (50gam/10ml)
3.      asam boraks 2% (2gam/100ml)
4.      asam klorida 0,1 N
5.      tablet katalis (1g sodium sulfat anhydrous + 10 mg Se)
6.      indicator campuran (20 ml Bromo Chresol Geen 0,1% + 4ml metyl Red 0,1% dalam alcohol)
Cara kerja :
Pase destruksi :
1.         masukkan ke labu kjeldahl 1 g sampel , tambah 2 butir tablet katalis
2.         masukkan 1 butiran gelas
3.         tambah 15-20 ml asam sulfat pekat
4.         destruksi dalam suhu rendah sampai asap hilang
5.         suhu dinaikkan dan destruksi sampai jernih
6.         lanjutkan pemanasan 15 menit lagi , tapi cegah kekeringan
7.         bilas dan pindahkan secara kuantitatif ke labu ukur 50 ml.
pase destilasi :
1.      panaskan alat destilasi markham
2.      pemanasan sudah cukup bila cairan sudah tertampung 25 ml
3.      masukkan 5 ml cairan hasil destruksi
4.      tambah 10 ml natrium hidroksida 50%
5.      tamping dengan 5 ml asam borak 2% yang sudah dicampur dengan indicator ( 1 L asam borak 2% + 20 ml 0,1 % Brom Chresol green + 4 ml 0,1 Metyl Red )
6.      destilasi sampai tertampung 25 ml.
7.      bilas ujung kondensor

2.  Semi mikro kjeldahl ( ICW )
        Prosudure sama yang berbeda dengan makro adalah berat sampel, volume zat kimia dan volume destilasi serta pengenceran .

Alat yang digunakan :
Sama dengan makro kecuali alat destilasi ICW (Ivan , clack, white ).

Zat kimia :
Zat yang digunakan sama dengan makro.

Cara kerja :
1.      300 mg sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu kjeldahl
2.      Tambah 1 tablet katalis dan 1 butiran gelas
3.      Tambah 5 ml asam sulfat pekat.
4.      Destruksi seperti makro
5.      Setelah selesai tidak ada pengenceran akan tetapi semuanya didestilasi.
6.      Pasang pada alat destilasi ICW
7.      Tambah 25 ml natrium hidroksida 50% perlahan – lahan
8.      Destilasi dengan alat destilasi ICW.
9.      Tampung 20 ml dengan asam borak2% yang sudah dicampur dengan indicator, destilasi selesai bila sudah tertampung 50ml
10.  Titrasi seperti pada makro.

3.2.3 Serat Kasar
Prinsip :
Setiap zat yang dapat larut dalam larutan asam lemah dan basa lemah dalam prosudure ini dapat dihilangkan , yang tinggal dalam saringan adalah serat kasar dan abu. Serat kasar akan terbakar dalam tanur sehingga serat kasar di dapat dari berat sebelum dan sesudah dibakar.
Alat dan bahan :
1.      Gelas piala tinggi 600 ml
2.      Cawan porselin
3.      Kertas saring
4.      Corong Buchner
5.      Kondensor
6.      Penangas pasir
7.      Pompa vakum
8.      Aquadest

Pereaksi :
1.      H2SO4 0,3 N
2.       NaOH 1,5 N
3.       alkohol
4.       aceton
Cara kerja :
1.      Timbang 1 g sampel ke dalam gelas piala tinggi 600 ml
2.      Tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N
3.      Letakkan di atas penangas pasir atau hot plate
4.      Didihkan selama 30 menit
5.      Tambahkan 25 ml NaOH 1,5 N dan terus didihkan selama 30 menit.
6.      Siapkan kertas saring bebas abu yang telah dikeringkan bersama cawan porselin dalam oven 105-110˚C , catat beratnya.
7.      Saring dengan bantuan pompa vakum
8.      Lalu cuci berturut – turut dengan  :
a.       Aquadest panas 50 ml
b.       H2SO4 0,3 N 50 ml
c.       Aquadest panas 50 ml
d.      Alkohol 25 ml dan
e.       Aceton 25 ml

9.      Pindahkan kertas saring yang berisi residu ke dalam cawan porselin
10.  Keringkan dalam oven 105-110˚C selama 1-3 , timbang dan catat bobot tetapnya
11.  Lanjutkan dengan pengabuan pada 400-600˚ C selama 1-3 jam , dinginkan dalam desikator dan timbang.

3.2.4 . Eter ekstrak
Prinsip :
Semua zat yang larut dalam pelarut lemak akan terektreasi apabila pengekstrasian dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Kehilangan berat pada sampel atau penambahan berat pada ekstrator atau pelarut adalah kadar eter ekstrak. Pelarut lemak seperti eter , chloroform , petroleum benzena . zat yang larut didalamnya seperti lemak , asam lemak , resin , lipid , klorofil.
Alat :
5.      Ekstraktor soxchlet
6.      Neraca analitik
7.      Desikator
8.      Timbel atau kertas saring
9.      Oven
10.  Pinset

Zat kimia :
Petroleum benzena B.P. 60 - 80˚C

Cara kerja :
1.      Masukkan sampel kedalam timbel 1-2 gam
2.      Hilangkan kandungan airnya dengan mengovenkan selama 9 jam pada suhu 105-110˚C
3.      Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
4.      Timbang ( berat timbel + sampel )
5.      Masukkan ke alat soxhlet
6.      Isi labu lemak dengan petroleum benzena secukupnya
7.      Ekstraksi selama kurang lebih 18 jam dengan tetesan 8-12 permenit
8.      Timbel diambil dan keringkan selama 3 jam dalam oven dengan suhu 105-110˚C
9.      Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
10.  Timbang berat timbel + sampel setelah diekstraksi.

3.2.5 Abu
            Alat-alat
1.      Cawan porcelin
2.      Neraca analitik
3.      Desikator
4.      Piset atau gagap
5.      Tanur listrik

Cara kerja
1.      Cuci cawan porcelin, bilas dan keringkan
2.      Tentukan berat konstannya dengan cara:
-Masukan dalam tanur listrik 2-3 jam pada suhu 500ᵒC
-Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
-Timbang berat cawan kosong
                        3. Masukan sample 1-2 gram
4. Bakar dalam tanur 3-6 jam suhu 500ᵒC sampai menjadi abu yang ditandai
    Oleh warna putih keabu-abuan tanpa bintik-binti hitam
5. Dinginkan dalam desikaror
6. Timbang berat cawan + abu

3.2.6 Energi bruto
Alat-alat:
1.      Neraca analitik
2.      Pembuat pelet
3.      Kawat platina/chormium
4.      Automaticadiabatic bombcalorimeter
5.      Cawan baja
6.      Benang kapas
7.      Biuret
8.      Pinset
Zat kimia :
1.      Nitrogen benzoat
2.      Oksigen
3.      Air pendingin
4.      Natrium karbohidrat
5.      Es blok
Cara kerja:
   Mempersiapkan automatic adiabatic bomb calorimeter :
1.      Alirkan air pendingin dengan aliran 300 ml / menit
2.      Selang untuk menglirkan air pendinginan dimasukan ke dalam ember yang berisi es balok agar air lebih dingin
3.      Tabung penyerap panas diisi 3 kg aquadest
4.      Tabung pembungkus juga diisi aquadest sampai penuh yang ditandai dengan ada aquadest yang keluar
5.      Ke dalam tabung pembungkus dimasukan sedikit natrium carrbonat (40 mg) sebagai pengantar listri
6.      Lampu petunjuk akan menyala bila bomb dihidupkan
7.      Untuk lampu petunjuk pemanas, baru menyala setelah suhu ditabung pembungkus lebih rendah daripada tabung penyerap panas. Hal ini terjadi karena pemanasan (heater) mulai bekerja untuk menaikan suhu
8.      Keseimbangn suhu tercapai, ditandai dengan nyala lampu petunjuk hidup dan mati yang periodenga teratur, disampingitu bunyi relay juga teratur
9.      Petunjukan relai dipasang pada angka 6-8 relay adalah alat pengaatur pemanas untuk bekerja , pemanas bekerja, pemanas bekerja apabila ada perintah dari relay, perintah timbul karena ada perbedaan suhu antara tabung penyerap panas dengan tabung pembungkus yang dikontrol oleh termoster yang tercelup didalamnya
10.  Bila relay berfungsi secara sempurna suhu ditabung pembungkus selalu lebih tinggi ( 1-2 drajat celcius) dari suhu di tabung penyerap panas, dengan demikian tidak ada panas yang keluar dari tabung penyerap panas
11.  Bomb siap dipakai bila sudah terjadi keseimbangan suhu antara tabung pembungkus dan penyerap panas
Mempersiapkan pelet
1.      Timbang cawan baja kosong
2.      Timbang sample ±1 gram
3.      Buat pelet
4.      Masukan pelet ke cawan baja
5.      Timbang  :
a.        Berat cawan + pelet
b.      Berat cawan kosong
c.       Berat pelet

                       
            Mempersiapkan tabung pembakaran
1.      Hubungan elektrode pada tutp tabung pembakaran dengan kawat platina
2.      Letakkan cawan yang sudah berisi pelet pada tempatnya
3.      Hubungan pelet dengan kawat platin dengan benang sebaiknya kedua ujung benang ditindih oleh pelet
4.      Isi tabung bomb 1 ml aquadest,tutup dan alirkan oksigen sampai 25-30 atmosfir
5.      Periksa kebocoran tabung dengan mencelupkan tabung air, bila bocor perbaiki dan isi kembali O2

Pemasangan tabung pembakaran di alat bomb calorimeter
1.      Masukkan tabung pembakaran ke dalam tabung penyerap panas. Tabung tersebut terendam sempurna
2.      Penutup bom calorimeter dipasang
3.      Lampu penunjuk tanda hubungan aliran listrik dan lampu tanda siap di bomp akan menyala
4.      Bila tidak menyala, periksa dimana hubungan listrik tidak sempurna
5.      Bomb calorimeter siap bekerja bila suhu sudah seimbang
6.      Baca suhu awal pengeboman
7.      Tekan tombol pengeboman
8.      Perhatikan kenaikan suhu pada thermometer yang dipasang ditabung penyerap panas
9.      Suhu akan naik dengan cepat yang ditandai oleh bunyi relay yang panjang dan lampu tanda pemanas
10.  Baca suhu 3 menit setelah pengeboman dan setiap 1 menit berikutnya sampai suhu maksimal atau stabil , lalu keluarkan tabung pembakaran
11.  Gas produk pembakaran dikeluarkan dengan pintilnya.
12.  Buka tutup tabung pembakaran , pembakan sempurna apabila terlihat abu berwarna putih ke abu-abuan.
13.  Cuci tabung pembakaran dengan air dan bilas dengan aquadest.
14.  Ambil dan copot
Menentukan bomb faktor
1.      Timbang asam benzoat 1 gram, buat pellet
2.      Pellet di bomb seperti diatas
3.      Untu menentukan bomb faktor paling sedikit di bomb 20 pelet asam benzoat. Nilai rata-ratanya adalah bomb faktornya.
4.      Untuk memeriksa kembali bomb faktornya 3 pelet sudsh cukup.



BAB III
Metode Praktikum
Praktikum I

Judul Praktikum     :    Pengambilan dan Perlakuan Sampel

1.        Pengambilan sampel
Sampling atau pengambilan sampel pada prinsipnya adalah pengambilan yang dapatmenggambarkan dan mewakili keseluruhan bahan.Maka dari itu pengambilan sampel dilakukan beberapa kali diberbagai lokasi, umpama bagian tengah, pinggir, atas atau bawah. Kuantitas yang diambil disetiap lokasi tadi sama beratnya. Setelah itu dicampur sampai rata.Oleh karena untuk analisa hanya diperlukam sampel sedikit, maka perlu mengurangi atau mereduksi kuantitas sampel, jadi homogenitas merupakan syarat yang mutlak dalam pengambilan sampel.
Ada beberapa bahan agak sukar membuat homogen seperti bahan yang bentuknya sangat panjang atau butiran besar, bahan seperti itu dibuat menjadi bagian – bagian yang lebih kecil dengan jalan memotong atau menggiling.Setelah itu baru dicampur dengan sampel homogen.

2.        Perlakuan sampel
Pada umumnya tidak semua sampel yang dikirim ke laboratorium atau yang diambil sudah siap untuk dianalisa.Jadi sampel perlu mendapat perlakuan agar dapat dianalisa.
Tahap – tahap persiapan sampel :
·           Sampel yang baru datang atau baru diambil ditimbang dengan segera
·           Pisahkan antara bagian yang dapat dimakan dengan yang lainnya lalu ditimbang masing – masing bagian
·           Untuk hijauan seperti rumput dipotong pendek 2 – 3 cm
·           Bila sampel terlalu banyak ambil sub sampel secukupnya
Ø  100 gram untuk sampel berkadar air rendah
Ø  500 gram untuk sampel yang berkadar air tinggi
·           Masukkan ke kantong kertas yang sudah diketahui beratnya
·           Timbang dan oven di forced draught oven pada suhu 70oC sampai kering yang ditandai dengan bahan mudah dipatahkan dan keluar bunyi bila diremas. Umumnya proses ini berlangsung 36 – 48 jam
·           Bahan dikeluarkan dan dibiarkan pada suhu kamar untuk menyeimbangkan kandungan air bahan
·           Timbang (berat kering udara)
·           Sampel yang sudah kering digiling dengan gilingan bersaringan 1 mm
·           Hasil gilingan disimpan dalam kantong plastik atau botol yang bertutup vakum
·           Beri label atau etiket pada botol atau kantong plastic


Praktikum II
Judul Praktikum     :    Penentuan Bahan Kering atau Kadar Air
Prinsip Kerja :
Air akan menguap apabila dipanaskan. Dengan pemanasan dalam jangka tertentu pada suhu diatas titik didih maka air akan menguap semuanya. Dengan menghitung pengurangan berat setelah dipanaskan kadar air dapat diketahui, atau dengan menimbang berat setelah pemanasan maka kadar bahan kering dapat diketahui.

Alat – alat :
·           Cawan porselen                      Oven
·           Neraca analitik                       Pinset atau gegep
·           Desikator

Cara kerja :
·           Cawan dicuci, dibilas dan dikering anginkan
·           Ovenkan pada suhu 105 – 110oC sampai bobot tetap, biasanya selama 3 jam
·           Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
·           Timbang sebagai berat konstan cawan
·           Kedalam cawan masukkan sampel sebanyak 1 – 2,0000 g, timbang sebagai bobot awal
·           Tentukan bobot konstan cawan dan sampel dengan jalan :
Ø  Ovenkan selama 9 – 12 jam pada suhu 105 – 110oC
Ø  Dinginkan dalam desikator 30 menit
Ø  Timbang sebagai bobot akhir
Ø  Untuk meyakinkan bobot konstan, dapat diovenkan lagi seperti diatas
Ø  Atau diovenkan selama 2 jam pada suhu 135oC ± 2oC, kemudian timbang

Praktikum III
Judul Praktikum     :    Protein Kasar / Semi Mikro Kjeldahl (ICW)
Prinsip Kerja :            
Ikatan nitrogen suatu bahan akan dipecah dan diikat oleh asam sulfat pekat dalam bentuk amonium sulfat. Dalam suasana basa, amonium sulfat akan melepas amonianya dan ditangkap oleh larutan asam. Dengan jalan titrasi kandungan nitrogren dapat diketahui.

Dasar Reaksi :
Sampel + H2SO4                                                     (NH4)2SO4
(NH4)2SO4 + 2 NaOH                                2 NH4OH + Na2SO4
NH4OH                                                     NH3 + H2O
3 NH3 + H3BO3                                                      (NH4)3BO3
(NH4)3BO3 + 3 HCl                                   3 NH4Cl + H3BO3

Alat – alat :
·           Labu kjeldahl                         Alat destruksi                           Gelas ukur                     Buret
·           Neraca analitik                       Corong penyaring                     Erlenmeyer
·           Butiran gelas                          Labu ukur                                 Alat destilasi

Zat Kimia :
·           Asam sulfat pekat
·           Natrium hidroksida 50% (50gram/100ml)
·           Asam boraks 2% (2 gram/100ml)
·           Asam klorida 0,1 N
·           Tablet katalis (1 gram sodium sulfat anhydrous + 1 gram Se)
·           Indikator campuran (20 ml Bromo Chresol Green 0,1% + 4 ml Metyl Red 0,1% dalam alkohol)




Cara kerja :
v  Fase destruksi :
·           Masukkan ke labu kjeldahl 1 gram sampel, tambah 2 butir tablet katalis
·           Masukkan 1 butir butiran gelas
·           Tambah 5 ml asam sulfat pekat
·           Destruksi dalam suhu rendah sampai asap hilang
·           Suhu dinaikkan dan destruksi sampai jernih
·           Lanjutkan pemanasan 15 menit lagi tapi cegah kekeringan
·           Bilas dan pindahkan secara kuantitatif ke labu ukur 50 ml

v  Fase destilasi
·           Panaskan alat destilasi ICW
·           Pemanasan sudah cukup bila cairan sudah tertampung 25 ml
·           Masukkan 5 ml cairan hasil destruksi
·           Tambah 10 ml natrium hidroksida 50%
·           Tampung dengan 5 ml asam borak 2% yang sudah dicampur dengan indikator (1 L asam borak 2% + 20 ml 0,1% Brom Chresol Green + 4 ml 0,1% Metyl Red)
·           Destilasi sampai tertampung 25 ml
·           Bilas ujung kondensor

v  Fase titrasi
·           Titrasi hasil destilasi dengan asam klorida 0,1 N sampai titik akhir titrasi


·            
Praktikum IV

Judul Praktikum     :    Serat Kasar
Prinsip kerja :
Setiap zat yang dapat larut dalam larutan asam lemah dan basa lemah dalam prosedur ini dapat dihilangkan.Yang tinggal dalam saringan adalah serat kasar dan abu. Serat kasar akan terbakar dalam tanur sehingga serat kasar didapat dari berat sebelum dan sesudah dibakar.

Alat dan Bahan :
·           Gelas piala tinggi 600 ml                 Corong Buchner                Pompa vakum
·           Cawan porselen                               Kondensor                         Aquadest
·           Kertas saring                                    Pengangas pasir

Pereaksi :
·           H2SO4 0,3 N          Alkohol
·           NaOH 1,5 N            Aceton

Cara Kerja :
·           Timbang 1 gram sampel ke dalam gelas piala tinggi 600 ml
·           Tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N
·           Letakkan di atas penangas pasir atau hot plate
·           Didihkan selama 30 menit
·           Tambahkan 25 ml NaOH 1,5 N dan terus didihkan selama 30 menit
·           Siapkan kertas saring bebas abu yang telah dikeringkan bersama cawan porselen dalam oven 105 – 110oC, catat beratnya
·           Saring dengan bantuan pompa vakum
·           Cuci berturut – turut dengan :
Ø  Aquadest panas 50 ml
Ø  H2SO4 0,3 N 50 ml
Ø  Aquadest panas 50 ml
Ø  Alkohol 25 ml dan
Ø  Aceton 25 ml
·           Pindahkan kertas saring yang berisi residu ke dalam cawan porselen
·           Keringkan dalam oven 105 – 110oC selama 1 – 3 jam, timbang dan catat bobot tetapnya
·           Lanjutkan dengan pengabuan pada 400 – 600oC selama 1 – 3 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang



Praktikum V
Judul Praktikum     :    Eter Ekstrak
Prinsip Kerja :
Semua zat yang larut dalam pelarut lemak akan terektreasj apabila pengekstraksian dilakukan dalam jangka waktu teetentu. Kehilangan berat pada sampel atau penambahan berat pada ekstraktor atau pelarut adalah kadar eter ekstrak. Pelarut lemak seperti eter, khloroform, petroleum benzena.Zat yang larut didalamnya seperti lemak, asam lemak, resin, lipid, klorofil.

Alat :
·           Ekstraktor soxchlet              Timbel atau kertas saring
·           Neraca analitik                     Oven
·           Desikator                              Pinset

Zat Kimia :
·           Petroleum benzena B.P. 60 – 80oC

Cara Kerja :
·           Masukkan sampel ke dalam timbel 1 – 2 gram
·           Hilangkan kandungan airnya dengan mengovenkan selama 9 jam pada suhu 105 – 110oC
·           Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
·           Timbang (berat timbel + sampel)
·           Masukkan ke alat soxhlet
·           Isi labu lemak dengan petroleum benzena secukupnya
·           Ekstraksi selama ± 18 jam dengan tetesan 8 – 12 per menit
·           Timbel diambil dan keringkan selama 3 jam dalam oven dengan suhu 105 – 110oC
·           Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
·           Timbang berat timbel + sampel setelah diekstraksi



Praktikum VI
Judul Praktikum     :    Abu
Prinsip Kerja :
Bahan organik akan teroksidasi secara sempurna menjadi produk gas bila dibakar pada suhu tinggi. Sisa yang tertinggal adalah abu dengan warna putih keabu – abuan. Sisa pembakaran ditimbang sebagai kadar abu. Warna sisa - sisa pembakaran kadang – kadang biru bila banyak unsur tembaga, dan hijau bila banyak unsur besi.Unaur mineral dalam abu adalah dalam bentuk oksida, sulfat, chlorida, phospate, silica, dan dapat menempel pada cawan porselen.

Alat :
·           Cawan porselen               Pinset / gegep
·           Neraca analitik                 Tanur listrik (muffle furnace)
·           Desikator

Cara Kerja :
·          Cuci cawan porselen, bilas dan keringkan
·          Tentukan berat konstannya dengan cara :
Ø  Masukkan dalam tanur listrik 2 – 3 jam pada suhu 500oC
Ø  Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
Ø  Timbang berat cawan kosong
·           Masukkan sampel 1 – 2 gram
·           Bakar dalam tanur 3 – 6 jam pada suhu 500oC sampai menjadi abu yang ditandai oleh warna putih keabu – abuan tanpa ada bintik – bintik hitam
·           Dinginkan dalam desikator
·           Timbang berat cawan + abu

Bahan Organik
Kadar Bahan Organik dapat ditentukan dengan jalan menghitung pengurangan berat saat pengabuan.


Praktikum VII
Judul Praktikum     :    Energi Bruto
Prinsip Kerja:
Energi sebenarnya sesuatu yang abstrak,akan tetapi dapat diukur apabila terjadi perubahan bentuk. Bahan organik terdiri dari unsur C, H, O dan N, bila dibakar atau dioksidasi secara sempurna akan membentuk gas CO2, H2O dan NO2. Oksidasi terjadi secara sempurna pada suhu tinggi dengan bantuan oksigen bertekanan.Panas yang dikeluarkan adalah energi bruto.

Alat:
·           Neraca analitik                                                  Cawan baja
·           Pembuat pellet                                                  Benang kapas
·           Kawat platina/chromium                                  Buret
·           Automaticadiabatic bombcalorimeter              Pinset

Zat Kimia :
·           Natrium benzoate                                               Natrium karbonat
·           Oksigen                                                            Es blok
·           Air pendingin

Cara Kerja :
v  Mempersiapkan automatic adiabatic bomb calorimeter
·           Alirkan air pendingin dengan aliraan 300 ml/menit
·           Selang untuk mengalirkan air pendingin dimasukan ke dalam ember yang berisi es blok, agar air lebih dingin.
·           Tabung penyerap panas diisi 3 kg aquadest
·           Tabung pembungkus juga diisi aquadest sampai penuh yang ditandai dengan ada aquadest yang keluar (overflow)
·           Ke dalam tabung pembungkus dimasukan sedikit natrium carbonat (40 mg) sebagai pengantar listrik.
·           Lampu petunjuk akan menyala bila bomb dihidupkan
·           Untuk lampu petunjuk panas, baru menyala setelah suhu ditabung pembungkus lebih rendah daripada tabung penyerap panas. Hal ini terjadi karena pemanas (heater) mulai bekerja untuk menaikan suhu.
·           Kesimbangan suhu tercapai, ditandai dengan menyala lampu petunjuk hidup dan mati yang periodenya teratur, disamping itu bunyi relay juga teratur.
·           Petunjuk relay dipasang pada angka 6 – 8, relay adalah alat pengatur pemanas untuk bekerja pemanas berkerja apabila ada perintah dari relay, perintah timbul karena ada perbedaan suhu antar tabung penyerap panas dengan tabung pembungkus yang dikontrol oleh termistor yang tercelup didalamnya.
·           Bila relay berfungsi secara sempurna suhu ditabung pembungkus selalu lebih tinggi (1 – 2 derajat Celcius) dari suhu di tabung penyerap panas, dengan demikian tidak ada panas yang keluar dari tabung penyerap panas.
·           Bomb siap dipakai bila sudah terjadi keseimbangan suhu anata tabung pembungkus dengan penyerap panas.

v  Mempersiapkan pellet
·           Timbang cawan baja kosong
·           Timbang sempel ± 1 gram
·           Buat pellet
·           Masukan pelet ke cawan baja
·           Timbang
Ø  Berat cawan + pelet    =
Ø  Berat cawan kosong   =
Ø  Berat pelet                  =   1,0216 g
Ø  Berat pelet yang baik berkisar antara 0.9999-1,0001 gram

v  Mempersiapkan tabung pembakaran
·           Hubungkan electrode pada tutup tabung pembakaran denga kawat platina
·           Letakan cawan yang sudah berisi pelet pada tempatnya
·           Hubungkan pelet dengan kawat platina dengan benang sebaiknya kedua ujung benang ditindih oleh pelet
·           Isi tabung bomb 1 ml aquadest, tutup dan alirkan oksigen sampai tekanan 25-30 atmosfir
·           Periksa kebocoran tabung dengan mencelupkan tabung air, bila bocor perbaiki dan isi kembali O2
v  Pemasangan tabung pembakaran di alat bomb calorimeter
·           Masukan tabung pembakaran kedalam tabung penyerap panas. Tabung tersebut terendam sempurna.
·           Penutup bom calorimeter dipasang
·           Lampu petunjuk tanda hubungan aliran lisrtik dan lampu tanda siap di bomb akan menyala.
·           Bila tidak menyala, periksa dimana hubungan listrik tidak sempurna.
·           Bomb calorimeter siap bekerja bila suhu sudah seimbang.
·           Baca suhu awal pengeboman.
·           Tekan tombol pengeboman
·           Perhatikan kenikan suhu pada thermometer yang dipasang ditabung penyerap panas.
·           Suhu akan naik dengan cepat yang ditandai oleh bunyi relay yang panjang dan lampu tanda pemanas.
·           Baca suhu 3 menit setelah pengeboman dan setiap 1 menit berikutnya sampai suhu maksimal atau stabil, lalu keluarkan tabung pembakaran.
·           Gas produk pembakaran dikeluarkan denga menekan pentilnya.
·           Buka tutup tabung pembakaran, pembakaran sempurna apabila terlihat abu yang berwarna putih keabu-abuan.
·           Cuci tabung pembakaran dengan air dan bilas dengan aquadest.






HASIL
1.      Praktikum 1
Berat kering kantong kertas                            = 12,9 gram
Berat (kantong+bahan)                                   = 216,5 gram
Berat bahan                                                     = 203,6 gram
Berat (kantong+bahan) setalah dioven           = 64,6 gram
Berat kering-udara bahan                                = 51,7 gram

Kadar berat kering              =   berat kering setelah dioven    x   100%
                                                   berat bahan mula – mula
                                            =          51,7                x     100%
                                                        203,6
                                            =   0,2539      x   100%
                                            =   25,39%

Kadar air                             =   berat bahan mula - mula – berat kering setelah dioven     x   100%
                                                                         berat bahan mula – mula
                                            =   203,6 – (64,6 – 12,9)    x        100%
                                                      203,6
                                            =   203,6 – 51,7 x     100%
                                                 203,6
                                            =   74,61%
2.      Praktikum 2
Cawan 1
·           Berat konstan cawan kosong                  =  13,4199    gr
·           Berat cawan + sampel                             =  14,5242    gr
·           Berat sampel mula – mula                       =  1,1043      gr
·           Berat cawan + sampel setelah dioven     =  13,4558    gr
·           Berat sampel setelah dioven                   =  1,0684      gr

Cawan 2
·           Berat konstan cawan kosong                  =  12,4436    gr
·           Berat cawan + sampel                             =  13,5775    gr
·           Berat sampel mula – mula                       =  1,1339      gr
·           Berat cawan + sampel setelah dioven     =  13,5703    gr
·           Berat sampel setelah dioven                   =  0,0072      gr

Analisis data :
Kadar bahan kering    =   berat sampel setelah dioven      x   100%
                                                    berat sampel
Cawan 1
Kadar bahan kering    =   1,0684      x   100%
                                        1,1043
                                    =   96,7%
Cawan 2
Kadar bahan kering    =   0,0072      x   100%
                                        1,1339
                                    =   0,63%
Kadar air                     =   berat sebelum dioven – setelah dioven     x   100%
                                                           berat sampel
Cawan 1
Kadar Air                   =   1,1043– 1,0684      x   100%
                                                1,1043
                                    =   3,52%
Cawan 2
Kadar Air                   =   1,1339 – 0,0072     x   100%
                                                1,1339
                                    =   99,3 %

3.      Praktikum 3
·         Blank                     = 0,32
·         Consumsion          = 0,24 gram
·         Weight volum       = 0,3012
·         % protein               = - 0,248
=   0,1 x (ml titrasi sampel – ml titrasi blanko) x 14 x 6,25 x 100%
mg sampel
=   0,1 x (0,24– 0,32) x 14 x 6,25 x 10 x 100%
0,3012
=   23,24 %

4.      Praktikum 4
·           Berat sampel                                                     =   1,190     g   (a)
·           Berat cawan                                                     =   21,0794 g
·           Berat kertas saring                                            =   0,1823   g   (b)
·           Berat cawan + kertas saring                             =   21,2617 g
·           Berat cawan + kertas saring + residu kering    =   21,4337 g   (c)
·           Berat cawan + residu abu                                 =   21,0812 g   (d)

%Serat Kasar    =   c – d – b x 100%
a
                                 =   21,4337 – 21,0812 – 0,1823 x 100%
1,190
                                 =   14,30 %
5. Praktikum 5
·           Berat (timbel + sampel) sebelum ekstraksi     =   2,1285 gr
·           Berat (timbel + sampel) setelah ekstraksi       =   1,9432 gr
·           Berat sampel                                                  =   1,0301 gr
·           Kehilangan berat                                            =   0,1853 gr
Kadar eter ekstrak =   berat timbel sebelum – setelah ekstraksi x 100%
berat sampel
                                      =   2,1285 – 1,9432 x 100%
1,0301
                                      = 17,9 %
6. Praktikum 6
·           Berat konstan cawan  =   xxxxx gram
·           Berat (cawan + abu)   =   xxxxx gram
·           Berat abu                    =   xxxxx gram
=   xxxxx gram
Kadar abu                   =   Berat abu    x    100%
                                        Berat sampel

Bahan Organik
Kadar Bahan Organik dapat ditentukan dengan jalan menghitung pengurangan berat saat pengabuan.
Kadar Bahan Organik   =   berat sampel – berat abu    x   100%
                                                    berat sampel
=   xxxxx - xxxxx     x   100%
              xxxxx
=    xxxxx x 100%
           xxxxx
                            =   xxxxx%
7. Praktikum 7
·           Suhu awal         =   21,100 0 C
·           Suhu akhir         =   22,799 0 C
·           Berat sampel     =   1,140 gr
·           Δt                      =   1,6990 0 C
·           Bom factor        =   2,4700 Kcal/g

Energi bruto      =   kenaikan suhu x bom factor Kcal/g
berat sampel
                                        =   1,6990 x 2,4700
                                                  1,140
                 =     3,801,2 Kcal/g
8. Praktikum 8
Tabel Hasil Praktikum
No
Sampel
%DW
%DM
%Abu
%SK
%Protein
%Lemak
GE
1
DEDAK
90,8
95,272
16,7
24,5
17,.78
10,49
3,238,2

Konversi Analisis Data
DEDAK
·           Berat Kering (DW) (% Bahan Segar)   =   90,8%
·           Bahan Kering (DM) (% Berat Kering) =   95,272%
·           Bahan Kering (DM) (% Bahan Segar) =   95,272/100 x 90,8
                                                              =   86,50%

Ø  Kadar Protein Kasar
1.         Konversi Bahan Kering
-          Kadar Protein Kasar   (% Berat Kering)   =   17,78%
-          Kadar Bahan Kering  (% Berat Kering)   =   95,272%
-          Kadar Protein Kasar   (% Bahan Kering)  =   100/95,272 x 17,78
                                                                  =   18,66 %
Artinya, dalam BK 95,272% terdapat 17,78% PK atau dalam BK 100% terdapat 18,66PK

2.        Konversi ke Bahan Organik
-          Kadar Abu (% Berat Kering)                    =   16,7%
-          Kadar Abu (% Bahan Kering)                  =   100/95,272 x 16,7% = 17,53%
-          Kadar Bahan Organik (% Bahan Kering) =   100 – 17,53% = 82,47% atau
                                                             =   100/95,272 x (95,272 – 16,7) = 82,107%
Jadi dalam BO 81,84% terdapat 18,66% PK, dalam BO 100% terdapat 100/81,84 x 18,66 % = 22,80% PK

                                        
3.        Konversi ke Bahan Segar / Asal
-          Berat Kering (% Bahan Segar)                 =   90,8%
-          Bahan Kering (% Berat Kering)               =   95,272%
-          Bahan Kering (% Bahan Segar)                =   86,50%
-          Protein Kasar (% Bahan Kering)              =   18,66%
Artinya dalam 100% BK terdapat 18,66% PK
Jadi dalam 86,50% BK terdapat 86,50/100 x 18,66 =16,1409% Protein Kasar (% Bahan Segar)

-          Kadar Abu (% Bahan Kering)                  =   16,7%
-          Kadar Abu (% Bahan Segar)                    =   16,7 x 81,84/100% = 13,667=13,667%
-          Kadar Bahan Organik (% Bahan Segar)   =   16,7 – 13,667 = 3,003= 3,003% atau
                                                                  =   81,84% x 16,7/100 = 13,667%
Dalam 100% BO terdapat 22,80% PK, jadi dalam 13,667% BO terdapat 13,667/100 x 22,80 = 16,1409%
Berdasarkan BO (% Bahan Segar) kadar Protein Kasar = 7,95%



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Pengambilan dan perlakuan sampel
a.       Hasil :
Berat kering kantong kertas                      = 13,4 gram
Berat (kantong+bahan)                             = 63,4 gram
Berat bahan                                               = 50 gram
Berat (kantong+bahan) setalah dioven     = 58,8 gram
Berat kering-udara bahan                          = 45,4 gram
b.      Pembahasan
                                                =
                                                 = 90,8

Kehilangan Berat = Berat bahan mula-mula – berat kering setelah dioven
                                    = 50 gram – (58,8-13.4) gram
                                    = 4,6 gram




 







     

                           =
                           =9,2 %

 






c.        
III.2 Analisa Proksimat
1.)    Penentuan Bahan Keringatau Kadar Air
Hasil :
a.       Berat konstan cawan kosong  No. 9  = 14,4494 gram
                                                 No. 10            = 12,6819 gram
b.      Berat cawan + sampel            No. 9   = 16,3280 gram
                                                 No. 10            = 14,6003 gram
c.       Berat cawan + sampel setelah No. 9   = 16,2385 gram
d.      dioven                                     No. 10            = 14,5103 gram
                                cawan no. 9
                                                = 95,2358%
                                cawan no.10
                                                = 95,3086%
Cawan no. 9  =
                                         = 93,35 %
Cawan no. 10   =
                                 = 92,90

 


2.Protein Kasar
a.       Makro Kjedhal :
Normalitas asam titrator                                  = 0,1
Mg equivalen nitrogen                                    = 14
Factor protein                                                  = 6,25
Pengenceran hasil destruksi 50/5                    = 10 kali
Ml untuk titrasi sampel                                   = 0,25ml
Ml untuk titrasi blanko                                    =0,02ml
kadar protein kasar ( %)                                  =………%
b.      Pembahasan
0,1 x  ( ml titrasi sampel – ml titrasi blanko ) x  14  x  6,25  x  10
                                                                                                                                x  100%  = ……%
mg sampel
                                                 = 6,6883 %

 

















c.       Semi mikro kjedhal
Normalitas asam tritrator                    = 0,1
Mg equivalen nitrogen                                    = 14
Factor protein                                                  = 6,25
Ml untuk titrasi sampel                                   = 6,18ml
Ml untuk titrasi blanko                                    =0 ml
Mg sampel                                                       = 304,1mg

Hasil

                                    =  17,81%
3.      Serat Kasar
a.       Hasil :
Berat sampel                                                   : 1,006 gram
Berat cawan                                                    :18, 1231 gram
Berat kertas saring                                          :0,1811 gram
Berat cawan + kertas saring                            :18, 3042gram
Berat cawan + kertas saring + residu kering   :18. 5548
Berat cawan + residu abu                               : 18.1272
b.      Pembahasan :
                                                        C – d – b
                % serat kasar =                                                  x  100%
                                                Mg sampel
Presentasi serat kasar
                                = 24,50 %

 









4.      Eter Ekstrak
a.       Hasil :
Berat (kertas saring + sampel )sebelum ekstraksi        = 2,0779  gram
Berat (kertas saring + sampel )setelah ekstraksi          =  1,9705 gram
Berat sampel                                                   =  1,0233 gram
Kehilangan berat                                             =  0,1074 gram

b.      Pembahasan :
                                                                        = 0,1049
                                                             = 10, 49 %
                                                                                               
 



















5.      Abu
a.       Hasil : cawan 9
Berat konstan cawan               = 14,4494gram
Berat (cawan+abu)                  = 13,0037gram
Berat abu                                 = -1,4457 gram
b.      Hasil :cawan 10
Berat konstan cawan               =  12,6819 gram
Berat (cawan+abu)                              = 14,7652 gram
Berat abu                                             = 2,0833
c.       Pembahasan :
Berat abu
                Kadar abu  =                                                       x  100%
Berat sampel
 




Cawan 9
                                                           = 0,769 %
Cawan 10

                                                =1,085 %
Bahan organik
Berat sampel – berat abu
                Kadar BO  =                                                         x  100%
Berat sampel
 




Cawan 9
                                                = 2,65 %
Cawan 10
                                                    = 0,832 %
6.      Energy bruto
a.       Hasil :
Suhu awal             = 21,1500
Suhu akhir             = 22, 4770
Kenaikan suhu      = 1,327
Bomb factorn        = 2,4700
b.      Pembahasan :
Kenaikan suhu
Energy Bruto  =                                                     x  bomb factor  Kcal/g
Berat sampel
 




                                                              = 3,2382


Tidak ada komentar:

Posting Komentar