NAMA : I MADE KRISTIAWAN
NIM : 1507105114
SEMESTER : II
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan
pakan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap ternak. Sebagian
besar bahan pakan terdiri dari unsur - unsur pokok yaitu air,
mineral, karbohidrat, lemak dan protein. Kelima unsur ini dibutuhkan oleh hewan
ternak dan manusia untuk pertumbuhan, produksi, reproduksi dan hidup pokok.
Makanan ternak berisi zat nutrisi dengan kandungan yang berbeda-beda karena itu
perlu dilakukan analisis untuk mengetahui kualitas dan kuantitas zat gizi yang
dibutuhkan oleh ternak. Kualitas bahan pakan dan komponennya ini
dapat dinilai melalui tiga tahapan penilaian, yaitu secara fisik, kimia, dan
biologis. Salah satu tahapan dari penilaian ini dapat dilakukan melalui
analisis proksimat.
Analisis
proksimat merupakan suatu metode analisis secara kimia untuk
mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan.
Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen lain dengan jumlah
yang sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang dimaksud,
itulah sebabnya mengapa hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang
mendekati angka fraksi yang sesungguhnya.
Analisis
proksimat berupa analisa kadar air, kadar abu, bahan kering, analisa protein
kasar, lemak kasar dan analisa serat kasar. Pada setiap analisis terdapat metode
– metode yang berbeda. Pada dasarnya, analisis proksimat bermanfaat dalam
mengidentifikasi kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan yang
belum diketahui sebelumnya yang selanjutnya disebut sampel. Selain dari itu,
analisis prokimat merupakan dasar dari analisis-analisis yang lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis
makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total, air total, lemak
total, protein total dan karbohidrat total, sedangkan untuk kandungan
mikronutrien difokuskan pada provitamin A (β-karoten) (Sudarmadji et al.,
1996). Analisis vitamin A dan provitamin A secara kimia dalam buah-buahan dan
produk hasil olahan dapat ditentukan dengan berbagai metode diantaranya kromatografi
lapis tipis, kromatografi kolom absorpsi, kromatografi cair kinerja tinggi,
kolorimetri dan spektrofotometri sinar tampak (Susi . 2001).
Analisa proksimat
merupakan pengujian kimiawi untuk mengetahui kandungan nutrien suatu bahan baku
pakan atau pakan. Metode analisa proksimat pertama kali dikembangkan oleh
Henneberg dan Stohman pada tahun 1860 di sebuah laboratorium penelitian di
Weende, Jerman (Hartadi et al., 1997). McDonald et al. (1995)
menjelaskan bahwa analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu
kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN).
Bahan
pakan mengandung zat-zat kimia yang secara umum semua makanan mengandung air
yang lebih banyak dari kandungan lain. Tinggi rendahnya kadar air mempengaruhi
kebutuhan hewan akan air minum. Banyaknya air yang terkandung pada suatu bahan
makanan dapat diketahui jika bahan tersebut dipanaskan atau dikeringkan pada
temperatur tertentu. Menurut Krishna (1980), komponen air adalah air dan senyawa
organik yang mudah menguap. Abu sendiri terdiri dari unsur mineral, namun
bervariasinya kombinasi unsur mineral dalam bahan pakan asal tanaman
menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indek untuk menentukan jumlah unsur
mineral tertentu.
1. Kadar air
Kadar
air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari
bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu
bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan
maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat Hafez,
E.S.E. (2000).
Defano
(2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang paling kering sekalipun,masih
terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah yang kecil.Bahan yang paling
banyak mengadung kadar air adalah tepung kedele dengan nilai 18,1490 dan
yang memiliki berat kering paling besar adalah tepung darah dengan nilai
99,7501.Kadar bahan kering ini pun dapat berubah-ubah,tergantung dari suhu dan
kelembaban dari suatu wilayah ternak itu dipelihara.
Banyaknya
kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut
dipanaskan pada suhu 105⁰C. Bahan kering dihitung sebagai
selisih antara 100% dengan persentase kadar air suatu bahan pakan yang
dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi, 1994). Kadar air adalah
persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat
basah (wet basis) atau berat kering (dry basis). Metode pengeringan melalui
oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi beberapa
makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah
terbang) yang bisa hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997).
2. Protein Kasar
Anggorodi
(2005) menyatakan protein adalah esensial bagi kehidupan karena zat tersebut
merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup.Bahan yang paling banyak
mengandung protein kasar adalah bungkil kedele.Karena nya,bungkil kedele
mengandung asam amino paling tinggi dari bahan yang kami praktikumkan. Susi(2001) menyatakan bahwa bahan ekstrak tanpa
nitrogen adalah kandungan zat makanan dikurangi persentase air,abu,protein
kasar,lemak kasar,dan serat kasar. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dihitung
sebagai nutrisi sampingan dari protein.
Kadar
protein pada analisa proksimat bahan pakan pada umunya mengacu pada istilah
protein kasar. Protein kasar memiliki pengertian banyaknya kandungan nitrogen
(N) yang terkandung pada bahan tersebut dikali dengan 6,25. Definisi tersebut
berdasarkan asumsi bahwa rata-rata kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram
per 100 gram protein (NRC, 2001). Protein kasar terdiri dari protein dan
nitrogen bukan protein (NPN) (Cherney, 2000).
Protein
merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan produktivitas
ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan
pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan
asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan analisis proksimat
untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan.
Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein,
kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa kadar
nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen protein tidak selalu
16% (Soejono, 1990). Menurut Siregar (1994)
senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh
mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya.
Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh
ternak. Jika konsumsi N makanan rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga
rendah. Jika nilai hayati protein dari makanan sangat tinggi maka ada
kemungkinan protein tersebut didegradasi di dalam rumen menjadi protein
berkualitas rendah.
3. Serat Kasar
Serat
kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa
merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh ternak
monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai mikroorganisme rumen yang memiliki
kemampuan untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa (Chandra. 2001).
Fraksi
serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa tergantung pada
species dan fase pertumbuhan bahan tanaman (Anggorodi, 1994). Pakan hijauan
merupakan sumber serta kasar yang dapat merangsang pertumbuhan alat-alat
pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat kasar dapat menurunkan
daya rombak mikroba rumen (Farida, 1998) menyatakan bahwa Serat kasar merupakan
kemudahan bagi makluk hidup untuk mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan oleh
tubuh. Danuarsa, (2006) menyatakan bahwa kandungan serat kasar yang
tinggi padapakan akan menurunkan koefisiensi cerna dalam bahan pakan tersebut,karena serat kasar megandung
bagian yang sukar untuk dicerna. Danuarsa, (2006) menyatakan
bahwa Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak larut dalam
H2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturur-turut dimasak selama 30
menit.. Kamal (1998) menyatakan analisis kadar serat kasar adalah usaha
untuk mengetahui kadar serat kasar
dalam bahan baku pakan pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan secara
kimiawi dengan metode mendell.
Cairan
retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak ruminasia mampu
mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya mengandung selulosa yang
tinggi (Tillman et al., 1991). Langkah pertama metode pengukuran kandungan
serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan
pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan
pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar
(Soejono, 1990).
Serat kasar merupakan
bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah
didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium hidroksida pada kondisi
terkondisi (Suparjo, 2010). Serat kasar sebagian besar berasal dari sel dinding
tanaman dan mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010). Lu et
al. (2005) menyatakan bahwa
serat pakan secara kimiawi dapat digolongkan menjadi serat kasar, neutral detergent fiber, acid
detergent fiber, acid detergent lignin, selulosa dan hemiselulosa. Peran serat pakan sebagai
sumber energi erat kaitannya dengan proporsi penyusun komponen serat seperti
selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010). Menurut Cherney (2000) serat
kasar terdiri dari lignin yang tidak larut dalam alkali, serat yang berikatan
dengan nitrogen dan selulosa.
4. Kadar Abu
Analisa
kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan anorganik suatu
bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan kandungan mineral pada
bahan tersebut. Menurut Cherney (2000) abu terdiri dari mineral yang larut
dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam detergen Kandungan bahan
organik suatu pakan terdiri protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
Karra (2007) menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400-600 derajat Celcius dan
Halim (2006) menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan
dengan tanur disebut dengan abu (ash) . Disini, bahan pakan ternak yang paling
banyak mengandung kadar abu adalah tepung kulit kerang dengan persentase
92,9000. Ini disebabkan karena tepung kulit kerang memang terdiri bahan
anorganik yang terdiri dari mineral - mineral seperti kapur.
Jumlah
abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak
tanpa nitrogen (Soejono, 1990). Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan
atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu 400-600oC sampai
semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik yang ada
dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu yang dianggap
mewakili bagian inorganik makanan. Namun, abu juga mengandung bahan organik
seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang
seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang selama
pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan
inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif
(Anggorodi, 1994).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Pengambilan dan Penyusunan Sampel
3.1.1 Pengambilan Sampel
Sampling atau pengambilan sampel
pada prinsipnya adalah pengambilan sampel yang dapat menggambarkan dan mewakili
keseluruhan bahan. Maka dari itu pengambilan sampel dilakukan beberapa kali di
berbagai lokasi, umpama bagian tengah, pinggir, atas atau bawah. Kuantitas yang
diambil di setiap lokasi tadi sama beratnya. Setelah itu dicampur sampai rata.
Oleh karena untuk untuk analisa hanya diperlukan sampel sedikit, maka perlu
mengurangi atau mereduksi kuantitas sampel, jadi homogenitas merupakan syarat
yang mutlak dalam pengambilan sampel.
Ada beberapa bahan agak sukar
membuat homogen seperti bahan yang bentuknya agak panjang atau butiran besar,
bahan seperti itu dibuat menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan jalan
memotong atau menggiling. Setelah itu baru dicampur dengan sampel homogen.
3.1.2 Perlakuan Sampel
Pada umumnya tidak semua sampel yang
dikirim ke laboratorium atau yang
diambil sudah siap untuk dianalisa. Jadi sampel perlu mendapat perlakuan agar
siap dianalisa.
Tahap persiapan
sampel seperti berikut :
a. Sampel
yang baru dating atau yang baru diambil ditimbang dengan segera.
b. Pisahkan
antara bagian yang dapat dimakan dengan yang lainnya lalu ditimbang
masing-masing bagian.
c. Untuk
hijauan seperti rumput dipotong pendek 2-3 cm.
d. Bila
sampel terlalu banyak ambil sub sampel secukupnya :
·
100 gram untuk sampel
berkadar air rendah.
·
500 gram untuk sampel
berkadar air tinggi.
e. Masukkan
ke kantong kertas yang sudah diketahui beratnya.
f. Timbang
dan oven di forced draught oven pada suhu 70˚C sampai kering yang ditandai
dengan bahan mudah dipatahkan dan keluar bunyi bila diremas.umumnya proses ini
berlangsung 36-48 jam.
g. Bahan
dikeluarkan dan dibiarkan pada suhu kamar untuk menyeimbangkan kandungan air
bahan.
h. Timbang
(berat kering udara)
:
i.
Sampel yang sudah kering
digiling dengan gilingan bersaringan 1 mm.
j.
Hasil gilingan disimpan
dalam kantong plastik atau botol yang bertutup vakum.
k. Beri
label atau etiket pada botol atau kantong plastic.
3.2 Analisisa proksimat
Analisa proksimat dikembangkan
diweende experiment station Jerman. Cara ini sering disebut cara Weende. Jenis
analisa yang termaksud didalamnya adalah penentuan :
a. Bahan
kering ( BK )
b. Protein
kasar ( PK )
c. Serat
kasar ( SK )
d. Eter
ekstrak ( EE )
e. Abu
3.2.1 Penentuan Bahan Kering atau Kadar Air
Alat-alat :
1. Cawan
porselin
2. Neraca
analitik
3. Desikator
4. Oven
5. Pingset
atau gegep
Cara kerja
1. Cawan
dicuci, dibilas dan dikering anginkan.
2. Ovenkan
pada suhu 105-110 ºC sampai bobot tetap, biasanya selama 3 jam
3. Dinginkan
dalam desikator selama 30 menit
4. Timbang
sebagai berat konstan cawan
5. Kedalam
cawan masukkan sampel sebanyak 1-20000 g, timbang sebagai bobot awal
6. Tentukan
bobot konstan cawan dan sampel dengan jalan
a. Ovenkan
selama 9-12 jam pada suhu 105-110ºC
b. Dinginkan
dalam desikator 30 menit
c. Timbang
sebagai bobot akhir
d. Untuk
meyakinkan bobot konstan, dapat diovenkan lagi seperti diatas
e. Atau
ovenkan selama 2 jam pada suhu 135º kurang lebih 2˚C , kemudian timbang
3.2.2 Protein Kasar
1.
Makro Kjeldahl
Prinsip kerja :
Ikatan
nitrogen suatu bahan akan dipecah dan diikat oleh asam sulfat pekat dalam
bentuk ammonium sulfat. Dalam suasana basa amonium sulfat akan melepas
amonianya dan di tangkap oleh larutan asam. Dengan jalan titrasi kandungan
nitrogen dapat diketahui.
Dasar reaksi :
Alat :
1. Labu
kjeldahl
2. Neraca
analitik
3. Butiran
gelas
4. Alat
destruksi
5. Corong
penyaring
6. Labu
ukur
7. Gelas
ukur
8. Erlenmeyer
9. Alat
destilasi
10. Burret
Zat kimia
1. asam
sulfat pekat
2. natrium
hidroksida 50% (50gam/10ml)
3. asam
boraks 2% (2gam/100ml)
4. asam
klorida 0,1 N
5. tablet
katalis (1g sodium sulfat anhydrous + 10 mg Se)
6. indicator
campuran (20 ml Bromo Chresol Geen 0,1% + 4ml metyl Red 0,1% dalam alcohol)
Cara kerja :
Pase destruksi :
1.
masukkan ke labu kjeldahl
1 g sampel , tambah 2 butir tablet katalis
2.
masukkan 1 butiran gelas
3.
tambah 15-20 ml asam
sulfat pekat
4.
destruksi dalam suhu
rendah sampai asap hilang
5.
suhu dinaikkan dan
destruksi sampai jernih
6.
lanjutkan pemanasan 15
menit lagi , tapi cegah kekeringan
7.
bilas dan pindahkan
secara kuantitatif ke labu ukur 50 ml.
pase destilasi :
1. panaskan
alat destilasi markham
2. pemanasan
sudah cukup bila cairan sudah tertampung 25 ml
3. masukkan
5 ml cairan hasil destruksi
4. tambah
10 ml natrium hidroksida 50%
5. tamping
dengan 5 ml asam borak 2% yang sudah dicampur dengan indicator ( 1 L asam borak
2% + 20 ml 0,1 % Brom Chresol green + 4 ml 0,1 Metyl Red )
6. destilasi
sampai tertampung 25 ml.
7. bilas
ujung kondensor
2. Semi mikro
kjeldahl ( ICW )
Prosudure sama yang
berbeda dengan makro adalah berat sampel, volume zat kimia dan volume destilasi
serta pengenceran .
Alat yang digunakan :
Sama dengan makro kecuali alat destilasi ICW (Ivan ,
clack, white ).
Zat kimia :
Zat yang digunakan sama dengan makro.
Cara kerja :
1. 300
mg sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu kjeldahl
2. Tambah
1 tablet katalis dan 1 butiran gelas
3. Tambah
5 ml asam sulfat pekat.
4. Destruksi
seperti makro
5. Setelah
selesai tidak ada pengenceran akan tetapi semuanya didestilasi.
6. Pasang
pada alat destilasi ICW
7. Tambah
25 ml natrium hidroksida 50% perlahan – lahan
8. Destilasi
dengan alat destilasi ICW.
9. Tampung
20 ml dengan asam borak2% yang sudah dicampur dengan indicator, destilasi
selesai bila sudah tertampung 50ml
10. Titrasi
seperti pada makro.
3.2.3 Serat Kasar
Prinsip :
Setiap zat yang
dapat larut dalam larutan asam lemah dan basa lemah dalam prosudure ini dapat
dihilangkan , yang tinggal dalam saringan adalah serat kasar dan abu. Serat
kasar akan terbakar dalam tanur sehingga serat kasar di dapat dari berat
sebelum dan sesudah dibakar.
Alat dan bahan :
1. Gelas
piala tinggi 600 ml
2. Cawan
porselin
3. Kertas
saring
4. Corong
Buchner
5. Kondensor
6. Penangas
pasir
7. Pompa
vakum
8. Aquadest
Pereaksi
:
1. H2SO4
0,3 N
2. NaOH 1,5 N
3. alkohol
4. aceton
Cara kerja :
1. Timbang
1 g sampel ke dalam gelas piala tinggi 600 ml
2. Tambahkan
50 ml H2SO4 0,3 N
3. Letakkan
di atas penangas pasir atau hot plate
4. Didihkan
selama 30 menit
5. Tambahkan
25 ml NaOH 1,5 N dan terus didihkan selama 30 menit.
6. Siapkan
kertas saring bebas abu yang telah dikeringkan bersama cawan porselin dalam
oven 105-110˚C , catat beratnya.
7. Saring
dengan bantuan pompa vakum
8. Lalu
cuci berturut – turut dengan :
a. Aquadest
panas 50 ml
b. H2SO4 0,3 N 50 ml
c. Aquadest
panas 50 ml
d. Alkohol
25 ml dan
e. Aceton
25 ml
9. Pindahkan
kertas saring yang berisi residu ke dalam cawan porselin
10. Keringkan
dalam oven 105-110˚C selama 1-3 , timbang dan catat bobot tetapnya
11. Lanjutkan
dengan pengabuan pada 400-600˚ C selama 1-3 jam , dinginkan dalam desikator dan
timbang.
3.2.4 . Eter ekstrak
Prinsip :
Semua zat yang
larut dalam pelarut lemak akan terektreasi apabila pengekstrasian dilakukan
dalam jangka waktu tertentu. Kehilangan berat pada sampel atau penambahan berat
pada ekstrator atau pelarut adalah kadar eter ekstrak. Pelarut lemak seperti
eter , chloroform , petroleum benzena . zat yang larut didalamnya seperti lemak
, asam lemak , resin , lipid , klorofil.
Alat :
5. Ekstraktor
soxchlet
6. Neraca
analitik
7. Desikator
8. Timbel
atau kertas saring
9. Oven
10. Pinset
Zat
kimia :
Petroleum benzena B.P. 60 - 80˚C
Cara kerja :
1. Masukkan
sampel kedalam timbel 1-2 gam
2. Hilangkan
kandungan airnya dengan mengovenkan selama 9 jam pada suhu 105-110˚C
3. Dinginkan
dalam desikator selama 30 menit
4. Timbang
( berat timbel + sampel )
5. Masukkan
ke alat soxhlet
6. Isi
labu lemak dengan petroleum benzena secukupnya
7. Ekstraksi
selama kurang lebih 18 jam dengan tetesan 8-12 permenit
8. Timbel
diambil dan keringkan selama 3 jam dalam oven dengan suhu 105-110˚C
9. Dinginkan
dalam desikator selama 30 menit
10. Timbang
berat timbel + sampel setelah diekstraksi.
3.2.5 Abu
Alat-alat
1. Cawan
porcelin
2. Neraca
analitik
3. Desikator
4. Piset
atau gagap
5. Tanur
listrik
Cara kerja
1. Cuci
cawan porcelin, bilas dan keringkan
2. Tentukan
berat konstannya dengan cara:
-Masukan dalam tanur
listrik 2-3 jam pada suhu 500ᵒC
-Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
-Timbang berat cawan kosong
-Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
-Timbang berat cawan kosong
3.
Masukan sample 1-2 gram
4. Bakar dalam tanur 3-6 jam suhu 500ᵒC sampai
menjadi abu yang ditandai
Oleh warna putih keabu-abuan tanpa
bintik-binti hitam
5.
Dinginkan dalam desikaror
6.
Timbang berat cawan + abu
3.2.6 Energi bruto
Alat-alat:
1. Neraca
analitik
2. Pembuat
pelet
3. Kawat
platina/chormium
4. Automaticadiabatic
bombcalorimeter
5. Cawan
baja
6. Benang
kapas
7. Biuret
8. Pinset
Zat
kimia :
1. Nitrogen
benzoat
2. Oksigen
3. Air
pendingin
4. Natrium
karbohidrat
5. Es
blok
Cara
kerja:
Mempersiapkan automatic adiabatic bomb
calorimeter :
1. Alirkan
air pendingin dengan aliran 300 ml / menit
2. Selang
untuk menglirkan air pendinginan dimasukan ke dalam ember yang berisi es balok
agar air lebih dingin
3. Tabung
penyerap panas diisi 3 kg aquadest
4. Tabung
pembungkus juga diisi aquadest sampai penuh yang ditandai dengan ada aquadest
yang keluar
5. Ke
dalam tabung pembungkus dimasukan sedikit natrium carrbonat (40 mg) sebagai
pengantar listri
6. Lampu
petunjuk akan menyala bila bomb dihidupkan
7. Untuk
lampu petunjuk pemanas, baru menyala setelah suhu ditabung pembungkus lebih
rendah daripada tabung penyerap panas. Hal ini terjadi karena pemanasan
(heater) mulai bekerja untuk menaikan suhu
8. Keseimbangn
suhu tercapai, ditandai dengan nyala lampu petunjuk hidup dan mati yang
periodenga teratur, disampingitu bunyi relay juga teratur
9. Petunjukan
relai dipasang pada angka 6-8 relay adalah alat pengaatur pemanas untuk bekerja
, pemanas bekerja, pemanas bekerja apabila ada perintah dari relay, perintah
timbul karena ada perbedaan suhu antara tabung penyerap panas dengan tabung
pembungkus yang dikontrol oleh termoster yang tercelup didalamnya
10. Bila
relay berfungsi secara sempurna suhu ditabung pembungkus selalu lebih tinggi (
1-2 drajat celcius) dari suhu di tabung penyerap panas, dengan demikian tidak
ada panas yang keluar dari tabung penyerap panas
11. Bomb
siap dipakai bila sudah terjadi keseimbangan suhu antara tabung pembungkus dan
penyerap panas
Mempersiapkan
pelet
1. Timbang
cawan baja kosong
2. Timbang
sample ±1 gram
3. Buat
pelet
4. Masukan
pelet ke cawan baja
5. Timbang :
a. Berat cawan + pelet
b. Berat
cawan kosong
c. Berat
pelet
Mempersiapkan tabung pembakaran
1. Hubungan
elektrode pada tutp tabung pembakaran dengan kawat platina
2. Letakkan
cawan yang sudah berisi pelet pada tempatnya
3. Hubungan
pelet dengan kawat platin dengan benang sebaiknya kedua ujung benang ditindih
oleh pelet
4. Isi
tabung bomb 1 ml aquadest,tutup dan alirkan oksigen sampai 25-30 atmosfir
5. Periksa
kebocoran tabung dengan mencelupkan tabung air, bila bocor perbaiki dan isi
kembali O2
Pemasangan tabung pembakaran di alat bomb calorimeter
1. Masukkan
tabung pembakaran ke dalam tabung penyerap panas. Tabung tersebut terendam
sempurna
2. Penutup
bom calorimeter dipasang
3. Lampu
penunjuk tanda hubungan aliran listrik dan lampu tanda siap di bomp akan
menyala
4. Bila
tidak menyala, periksa dimana hubungan listrik tidak sempurna
5. Bomb
calorimeter siap bekerja bila suhu sudah seimbang
6. Baca
suhu awal pengeboman
7. Tekan
tombol pengeboman
8. Perhatikan
kenaikan suhu pada thermometer yang dipasang ditabung penyerap panas
9. Suhu
akan naik dengan cepat yang ditandai oleh bunyi relay yang panjang dan lampu
tanda pemanas
10. Baca
suhu 3 menit setelah pengeboman dan setiap 1 menit berikutnya sampai suhu
maksimal atau stabil , lalu keluarkan tabung pembakaran
11. Gas
produk pembakaran dikeluarkan dengan pintilnya.
12. Buka
tutup tabung pembakaran , pembakan sempurna apabila terlihat abu berwarna putih
ke abu-abuan.
13. Cuci
tabung pembakaran dengan air dan bilas dengan aquadest.
14. Ambil
dan copot
Menentukan bomb faktor
1. Timbang
asam benzoat 1 gram, buat pellet
2. Pellet
di bomb seperti diatas
3. Untu
menentukan bomb faktor paling sedikit di bomb 20 pelet asam benzoat. Nilai
rata-ratanya adalah bomb faktornya.
4. Untuk
memeriksa kembali bomb faktornya 3 pelet sudsh cukup.
BAB
III
Metode
Praktikum
Praktikum
I
Judul Praktikum : Pengambilan dan Perlakuan Sampel
1.
Pengambilan sampel
Sampling
atau pengambilan sampel pada prinsipnya adalah pengambilan yang dapatmenggambarkan dan mewakili keseluruhan
bahan.Maka dari itu pengambilan sampel dilakukan beberapa kali diberbagai
lokasi, umpama bagian tengah, pinggir, atas atau bawah. Kuantitas yang diambil
disetiap lokasi tadi sama beratnya. Setelah itu dicampur sampai rata.Oleh
karena untuk analisa hanya diperlukam sampel sedikit, maka perlu mengurangi
atau mereduksi kuantitas sampel, jadi homogenitas merupakan syarat yang mutlak
dalam pengambilan sampel.
Ada beberapa bahan agak sukar membuat homogen
seperti bahan yang bentuknya sangat panjang atau butiran besar, bahan seperti itu
dibuat menjadi bagian – bagian yang lebih kecil dengan jalan memotong atau
menggiling.Setelah itu baru dicampur dengan sampel homogen.
2.
Perlakuan sampel
Pada umumnya tidak semua sampel yang dikirim ke laboratorium atau
yang diambil sudah siap untuk dianalisa.Jadi sampel perlu mendapat perlakuan
agar dapat dianalisa.
Tahap – tahap persiapan sampel :
·
Sampel yang baru datang atau baru diambil ditimbang dengan segera
·
Pisahkan antara bagian yang dapat dimakan dengan yang lainnya lalu
ditimbang masing – masing bagian
·
Untuk hijauan seperti rumput dipotong pendek 2 – 3 cm
·
Bila sampel terlalu banyak ambil sub sampel secukupnya
Ø 100 gram untuk sampel berkadar air rendah
Ø 500 gram untuk sampel yang berkadar air tinggi
·
Masukkan ke kantong kertas yang sudah diketahui beratnya
·
Timbang dan oven di forced draught oven pada suhu 70oC
sampai kering yang ditandai dengan bahan mudah dipatahkan dan keluar bunyi bila
diremas. Umumnya proses ini berlangsung 36 – 48 jam
·
Bahan dikeluarkan dan dibiarkan pada suhu kamar untuk menyeimbangkan
kandungan air bahan
·
Timbang (berat kering udara)
·
Sampel yang sudah kering digiling dengan gilingan bersaringan 1 mm
·
Hasil gilingan disimpan dalam kantong plastik atau botol yang
bertutup vakum
·
Beri label atau etiket pada botol atau kantong plastic
Praktikum II
Judul Praktikum : Penentuan Bahan Kering atau Kadar Air
Prinsip Kerja :
Air akan menguap apabila dipanaskan. Dengan pemanasan dalam jangka
tertentu pada suhu diatas titik didih maka air akan menguap semuanya. Dengan
menghitung pengurangan berat setelah dipanaskan kadar air dapat diketahui, atau
dengan menimbang berat setelah pemanasan maka kadar bahan kering dapat
diketahui.
Alat – alat :
·
Cawan porselen ● Oven
·
Neraca analitik ● Pinset atau gegep
·
Desikator
Cara kerja :
·
Cawan dicuci, dibilas dan dikering anginkan
·
Ovenkan pada suhu 105 – 110oC sampai bobot tetap,
biasanya selama 3 jam
·
Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
·
Timbang sebagai berat konstan cawan
·
Kedalam cawan masukkan sampel sebanyak 1 – 2,0000 g, timbang
sebagai bobot awal
·
Tentukan bobot konstan cawan dan sampel dengan jalan :
Ø Ovenkan selama 9 – 12 jam pada suhu 105 – 110oC
Ø Dinginkan dalam desikator 30 menit
Ø Timbang sebagai bobot akhir
Ø Untuk meyakinkan bobot konstan, dapat diovenkan
lagi seperti diatas
Ø Atau diovenkan selama 2 jam pada suhu 135oC
± 2oC, kemudian timbang
Praktikum III
Judul Praktikum : Protein Kasar / Semi Mikro Kjeldahl (ICW)
Prinsip Kerja :
Ikatan nitrogen suatu bahan akan dipecah dan diikat oleh asam sulfat
pekat dalam bentuk amonium sulfat. Dalam suasana basa, amonium sulfat akan
melepas amonianya dan ditangkap oleh larutan asam. Dengan jalan titrasi
kandungan nitrogren dapat diketahui.
Dasar Reaksi :
Alat – alat :
·
Labu kjeldahl ● Alat destruksi ● Gelas ukur ● Buret
·
Neraca analitik ● Corong penyaring ● Erlenmeyer
·
Butiran gelas ● Labu ukur ● Alat destilasi
Zat Kimia :
·
Asam sulfat pekat
·
Natrium hidroksida 50% (50gram/100ml)
·
Asam boraks 2% (2 gram/100ml)
·
Asam klorida 0,1 N
·
Tablet katalis (1 gram sodium sulfat anhydrous + 1 gram Se)
·
Indikator campuran (20 ml Bromo Chresol Green 0,1% + 4 ml Metyl Red
0,1% dalam alkohol)
Cara kerja :
v Fase destruksi :
·
Masukkan ke labu kjeldahl 1 gram sampel, tambah 2 butir tablet
katalis
·
Masukkan 1 butir butiran gelas
·
Tambah 5 ml asam sulfat pekat
·
Destruksi dalam suhu rendah sampai asap hilang
·
Suhu dinaikkan dan destruksi sampai jernih
·
Lanjutkan pemanasan 15 menit lagi tapi cegah kekeringan
·
Bilas dan pindahkan secara kuantitatif ke labu ukur 50 ml
v Fase destilasi
·
Panaskan alat destilasi
ICW
·
Pemanasan sudah cukup
bila cairan sudah tertampung 25 ml
·
Masukkan 5 ml cairan
hasil destruksi
·
Tambah 10 ml natrium
hidroksida 50%
·
Tampung dengan 5 ml asam
borak 2% yang sudah dicampur dengan indikator (1 L asam borak 2% + 20 ml 0,1%
Brom Chresol Green + 4 ml 0,1% Metyl Red)
·
Destilasi sampai
tertampung 25 ml
·
Bilas ujung kondensor
v Fase titrasi
·
Titrasi hasil destilasi
dengan asam klorida 0,1 N sampai titik akhir titrasi
·
Praktikum IV
Judul Praktikum : Serat
Kasar
Prinsip kerja :
Setiap zat yang dapat larut dalam larutan
asam lemah dan basa lemah dalam prosedur ini dapat dihilangkan.Yang tinggal dalam
saringan adalah serat kasar dan abu. Serat kasar akan terbakar dalam tanur
sehingga serat kasar didapat dari berat sebelum dan sesudah dibakar.
Alat dan Bahan :
·
Gelas piala tinggi 600 ml ● Corong Buchner ● Pompa vakum
·
Cawan porselen ● Kondensor ● Aquadest
·
Kertas saring ● Pengangas pasir
Pereaksi
:
·
H2SO4 0,3 N ● Alkohol
·
NaOH 1,5 N ● Aceton
Cara
Kerja :
·
Timbang 1 gram sampel ke
dalam gelas piala tinggi 600 ml
·
Tambahkan 50 ml H2SO4
0,3 N
·
Letakkan di atas penangas
pasir atau hot plate
·
Didihkan selama 30 menit
·
Tambahkan 25 ml NaOH 1,5
N dan terus didihkan selama 30 menit
·
Siapkan kertas saring
bebas abu yang telah dikeringkan bersama cawan porselen dalam oven 105 – 110oC,
catat beratnya
·
Saring dengan bantuan
pompa vakum
·
Cuci berturut – turut
dengan :
Ø Aquadest
panas 50 ml
Ø H2SO4
0,3 N 50 ml
Ø Aquadest
panas 50 ml
Ø Alkohol
25 ml dan
Ø Aceton
25 ml
·
Pindahkan kertas saring
yang berisi residu ke dalam cawan porselen
·
Keringkan dalam oven 105 –
110oC selama 1 – 3 jam, timbang dan catat bobot tetapnya
·
Lanjutkan dengan
pengabuan pada 400 – 600oC selama 1 – 3 jam, dinginkan dalam
desikator dan timbang
Praktikum
V
Judul
Praktikum : Eter Ekstrak
Prinsip Kerja :
Semua zat yang larut dalam pelarut lemak
akan terektreasj apabila pengekstraksian dilakukan dalam jangka waktu teetentu.
Kehilangan berat pada sampel atau penambahan berat pada ekstraktor atau pelarut
adalah kadar eter ekstrak. Pelarut lemak seperti eter, khloroform, petroleum
benzena.Zat yang larut didalamnya seperti lemak, asam lemak, resin, lipid,
klorofil.
Alat :
·
Ekstraktor soxchlet ● Timbel atau kertas saring
·
Neraca analitik ● Oven
·
Desikator ● Pinset
Zat Kimia :
·
Petroleum benzena B.P. 60
– 80oC
Cara Kerja :
·
Masukkan sampel ke dalam
timbel 1 – 2 gram
·
Hilangkan kandungan
airnya dengan mengovenkan selama 9 jam pada suhu 105 – 110oC
·
Dinginkan dalam desikator
selama 30 menit
·
Timbang (berat timbel +
sampel)
·
Masukkan ke alat soxhlet
·
Isi labu lemak dengan
petroleum benzena secukupnya
·
Ekstraksi selama ± 18 jam
dengan tetesan 8 – 12 per menit
·
Timbel diambil dan
keringkan selama 3 jam dalam oven dengan suhu 105 – 110oC
·
Dinginkan dalam desikator
selama 30 menit
·
Timbang berat timbel +
sampel setelah diekstraksi
Praktikum
VI
Judul Praktikum : Abu
Prinsip Kerja :
Bahan organik akan teroksidasi secara
sempurna menjadi produk gas bila dibakar pada suhu tinggi. Sisa yang tertinggal
adalah abu dengan warna putih keabu – abuan. Sisa pembakaran ditimbang sebagai
kadar abu. Warna sisa - sisa pembakaran kadang – kadang biru bila banyak unsur
tembaga, dan hijau bila banyak unsur besi.Unaur mineral dalam abu adalah dalam
bentuk oksida, sulfat, chlorida, phospate, silica, dan dapat menempel pada
cawan porselen.
Alat :
·
Cawan porselen ● Pinset / gegep
·
Neraca analitik ● Tanur listrik (muffle furnace)
·
Desikator
Cara Kerja :
·
Cuci cawan porselen,
bilas dan keringkan
·
Tentukan berat konstannya
dengan cara :
Ø Masukkan
dalam tanur listrik 2 – 3 jam pada suhu 500oC
Ø Dinginkan
dalam desikator selama 30 menit
Ø Timbang
berat cawan kosong
·
Masukkan sampel 1 – 2
gram
·
Bakar dalam tanur 3 – 6
jam pada suhu 500oC sampai menjadi abu yang ditandai oleh warna
putih keabu – abuan tanpa ada bintik – bintik hitam
·
Dinginkan dalam desikator
·
Timbang berat cawan + abu
Bahan Organik
Kadar Bahan Organik
dapat ditentukan dengan jalan menghitung pengurangan berat saat pengabuan.
Praktikum
VII
Judul
Praktikum : Energi Bruto
Prinsip Kerja:
Energi sebenarnya sesuatu yang abstrak,akan
tetapi dapat diukur apabila terjadi perubahan bentuk. Bahan organik terdiri
dari unsur C, H, O dan N, bila dibakar atau dioksidasi secara sempurna akan
membentuk gas CO2, H2O dan NO2. Oksidasi
terjadi secara sempurna pada suhu tinggi dengan bantuan oksigen bertekanan.Panas
yang dikeluarkan adalah energi bruto.
Alat:
·
Neraca analitik ● Cawan baja
·
Pembuat pellet ● Benang kapas
·
Kawat platina/chromium ● Buret
·
Automaticadiabatic
bombcalorimeter ● Pinset
Zat Kimia :
·
Natrium benzoate ● Natrium karbonat
·
Oksigen ● Es blok
·
Air pendingin
Cara Kerja :
v Mempersiapkan
automatic adiabatic bomb calorimeter
·
Alirkan air pendingin
dengan aliraan 300 ml/menit
·
Selang untuk mengalirkan
air pendingin dimasukan ke dalam ember yang berisi es blok, agar air lebih
dingin.
·
Tabung penyerap panas
diisi 3 kg aquadest
·
Tabung pembungkus juga
diisi aquadest sampai penuh yang ditandai dengan ada aquadest yang keluar
(overflow)
·
Ke dalam tabung pembungkus
dimasukan sedikit natrium carbonat (40 mg) sebagai pengantar listrik.
·
Lampu petunjuk akan
menyala bila bomb dihidupkan
·
Untuk lampu petunjuk
panas, baru menyala setelah suhu ditabung pembungkus lebih rendah daripada
tabung penyerap panas. Hal ini terjadi karena pemanas (heater) mulai bekerja
untuk menaikan suhu.
·
Kesimbangan suhu
tercapai, ditandai dengan menyala lampu petunjuk hidup dan mati yang periodenya
teratur, disamping itu bunyi relay juga teratur.
·
Petunjuk relay dipasang
pada angka 6 – 8, relay adalah alat pengatur pemanas untuk bekerja pemanas
berkerja apabila ada perintah dari relay, perintah timbul karena ada perbedaan
suhu antar tabung penyerap panas dengan tabung pembungkus yang dikontrol oleh
termistor yang tercelup didalamnya.
·
Bila relay berfungsi
secara sempurna suhu ditabung pembungkus selalu lebih tinggi (1 – 2 derajat
Celcius) dari suhu di tabung penyerap panas, dengan demikian tidak ada panas
yang keluar dari tabung penyerap panas.
·
Bomb siap dipakai bila
sudah terjadi keseimbangan suhu anata tabung pembungkus dengan penyerap panas.
v Mempersiapkan
pellet
·
Timbang cawan baja kosong
·
Timbang sempel ± 1 gram
·
Buat pellet
·
Masukan pelet ke cawan
baja
·
Timbang
Ø Berat
cawan + pelet =
Ø Berat
cawan kosong =
Ø Berat
pelet = 1,0216 g
Ø Berat
pelet yang baik berkisar antara 0.9999-1,0001 gram
v Mempersiapkan
tabung pembakaran
·
Hubungkan electrode pada
tutup tabung pembakaran denga kawat platina
·
Letakan cawan yang sudah
berisi pelet pada tempatnya
·
Hubungkan pelet dengan
kawat platina dengan benang sebaiknya kedua ujung benang ditindih oleh pelet
·
Isi tabung bomb 1 ml
aquadest, tutup dan alirkan oksigen sampai tekanan 25-30 atmosfir
·
Periksa kebocoran tabung
dengan mencelupkan tabung air, bila bocor perbaiki dan isi kembali O2
v Pemasangan
tabung pembakaran di alat bomb calorimeter
·
Masukan tabung pembakaran
kedalam tabung penyerap panas. Tabung tersebut terendam sempurna.
·
Penutup bom calorimeter
dipasang
·
Lampu petunjuk tanda
hubungan aliran lisrtik dan lampu tanda siap di bomb akan menyala.
·
Bila tidak menyala,
periksa dimana hubungan listrik tidak sempurna.
·
Bomb calorimeter siap
bekerja bila suhu sudah seimbang.
·
Baca suhu awal
pengeboman.
·
Tekan tombol pengeboman
·
Perhatikan kenikan suhu
pada thermometer yang dipasang ditabung penyerap panas.
·
Suhu akan naik dengan
cepat yang ditandai oleh bunyi relay yang panjang dan lampu tanda pemanas.
·
Baca suhu 3 menit setelah
pengeboman dan setiap 1 menit berikutnya sampai suhu maksimal atau stabil, lalu
keluarkan tabung pembakaran.
·
Gas produk pembakaran
dikeluarkan denga menekan pentilnya.
·
Buka tutup tabung
pembakaran, pembakaran sempurna apabila terlihat abu yang berwarna putih
keabu-abuan.
·
Cuci tabung pembakaran
dengan air dan bilas dengan aquadest.
HASIL
1. Praktikum
1
Berat kering kantong
kertas = 12,9
gram
Berat (kantong+bahan) = 216,5 gram
Berat bahan = 203,6 gram
Berat (kantong+bahan)
setalah dioven = 64,6 gram
Berat kering-udara bahan = 51,7 gram
berat
bahan mula – mula
203,6
= 0,2539 x 100%
= 25,39%
berat
bahan mula – mula
203,6
203,6
= 74,61%
2. Praktikum
2
Cawan 1
·
Berat konstan cawan kosong = 13,4199 gr
·
Berat cawan + sampel = 14,5242 gr
·
Berat sampel mula – mula = 1,1043 gr
·
Berat cawan + sampel setelah dioven
= 13,4558 gr
·
Berat sampel setelah dioven = 1,0684 gr
Cawan 2
·
Berat konstan cawan kosong = 12,4436 gr
·
Berat cawan + sampel = 13,5775 gr
·
Berat sampel mula – mula = 1,1339 gr
·
Berat cawan + sampel setelah dioven
= 13,5703 gr
·
Berat sampel setelah dioven = 0,0072 gr
Analisis data :
berat
sampel
Cawan 1
1,1043
= 96,7%
Cawan 2
1,1339
= 0,63%
berat
sampel
Cawan 1
1,1043
= 3,52%
Cawan 2
1,1339
= 99,3 %
3. Praktikum
3
·
Blank = 0,32
·
Consumsion = 0,24 gram
·
Weight volum = 0,3012
·
% protein = - 0,248
mg sampel
0,3012
= 23,24 %
4. Praktikum
4
·
Berat sampel = 1,190 g (a)
·
Berat cawan = 21,0794 g
·
Berat kertas saring = 0,1823 g (b)
·
Berat cawan + kertas
saring = 21,2617 g
·
Berat cawan + kertas
saring + residu kering = 21,4337 g (c)
·
Berat cawan + residu abu = 21,0812 g (d)
a
1,190
= 14,30 %
5. Praktikum 5
·
Berat (timbel + sampel)
sebelum ekstraksi = 2,1285 gr
·
Berat (timbel + sampel)
setelah ekstraksi = 1,9432 gr
·
Berat sampel = 1,0301 gr
·
Kehilangan berat = 0,1853 gr
berat sampel
1,0301
= 17,9 %
6. Praktikum 6
·
Berat konstan cawan = xxxxx
gram
·
Berat (cawan + abu) = xxxxx
gram
·
Berat abu = xxxxx gram
= xxxxx gram
Berat
sampel
Bahan Organik
Kadar Bahan
Organik dapat ditentukan dengan jalan menghitung pengurangan berat saat
pengabuan.
berat
sampel
xxxxx
xxxxx
= xxxxx%
7. Praktikum 7
·
Suhu awal = 21,100
0 C
·
Suhu akhir = 22,799
0 C
·
Berat sampel = 1,140
gr
·
Δt = 1,6990
0 C
·
Bom factor = 2,4700
Kcal/g
berat
sampel
1,140
= 3,801,2 Kcal/g
8. Praktikum 8
Tabel
Hasil Praktikum
|
No
|
Sampel
|
%DW
|
%DM
|
%Abu
|
%SK
|
%Protein
|
%Lemak
|
GE
|
|
1
|
DEDAK
|
90,8
|
95,272
|
16,7
|
24,5
|
17,.78
|
10,49
|
3,238,2
|
Konversi Analisis Data
DEDAK
·
Berat Kering (DW) (% Bahan Segar) = 90,8%
·
Bahan Kering (DM) (% Berat Kering) = 95,272%
·
Bahan Kering (DM) (% Bahan Segar) = 95,272/100 x 90,8
= 86,50%
Ø Kadar Protein Kasar
1.
Konversi Bahan Kering
-
Kadar Protein Kasar (%
Berat Kering) = 17,78%
-
Kadar Bahan Kering (%
Berat Kering) = 95,272%
-
Kadar Protein Kasar (%
Bahan Kering) = 100/95,272 x 17,78
= 18,66 %
Artinya, dalam BK 95,272% terdapat
17,78% PK atau dalam BK 100% terdapat 18,66PK
2.
Konversi ke Bahan Organik
-
Kadar Abu (% Berat Kering) = 16,7%
-
Kadar Abu (% Bahan Kering) = 100/95,272 x 16,7% = 17,53%
-
Kadar Bahan Organik (% Bahan Kering) = 100 – 17,53% = 82,47% atau
= 100/95,272 x (95,272 – 16,7) = 82,107%
Jadi dalam BO 81,84% terdapat 18,66%
PK, dalam BO 100% terdapat 100/81,84 x 18,66 % = 22,80% PK
3.
Konversi ke Bahan Segar / Asal
-
Berat Kering (% Bahan Segar) = 90,8%
-
Bahan Kering (% Berat Kering) = 95,272%
-
Bahan Kering (% Bahan Segar) = 86,50%
-
Protein Kasar (% Bahan Kering) = 18,66%
Artinya dalam 100% BK terdapat 18,66%
PK
Jadi dalam 86,50% BK terdapat
86,50/100 x 18,66 =16,1409% Protein Kasar (% Bahan Segar)
-
Kadar Abu (% Bahan Kering) = 16,7%
-
Kadar Abu (% Bahan Segar) = 16,7 x 81,84/100% = 13,667=13,667%
-
Kadar Bahan Organik (% Bahan Segar) = 16,7 – 13,667 = 3,003=
3,003% atau
= 81,84% x 16,7/100 = 13,667%
Dalam 100% BO terdapat 22,80% PK,
jadi dalam 13,667% BO terdapat 13,667/100 x 22,80 = 16,1409%
Berdasarkan BO (% Bahan Segar) kadar
Protein Kasar = 7,95%
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
III.1 Pengambilan dan perlakuan sampel
a. Hasil
:
Berat kering kantong kertas = 13,4 gram
Berat
(kantong+bahan) =
63,4 gram
Berat bahan =
50 gram
Berat
(kantong+bahan) setalah dioven = 58,8 gram
Berat kering-udara bahan = 45,4 gram
b. Pembahasan
|
=
= 90,8
|
|
Kehilangan Berat = Berat bahan mula-mula – berat kering setelah dioven
=
50 gram – (58,8-13.4) gram
=
4,6 gram
|
|
=
=9,2
%
|
c.
III.2 Analisa Proksimat
1.) Penentuan Bahan Keringatau Kadar Air
Hasil
:
a.
Berat konstan cawan kosong No. 9 =
14,4494 gram
No. 10 =
12,6819 gram
b.
Berat cawan + sampel No. 9 = 16,3280
gram
No. 10 =
14,6003 gram
c.
Berat cawan + sampel setelah No. 9 =
16,2385 gram
d.
dioven No. 10 = 14,5103 gram
|
cawan no. 9
= 95,2358%
cawan no.10
= 95,3086%
|
|
Cawan
no. 9 =
= 93,35 %
Cawan no. 10 =
= 92,90
|
2.Protein Kasar
a. Makro Kjedhal :
Normalitas asam titrator = 0,1
Mg equivalen nitrogen = 14
Factor protein = 6,25
Pengenceran hasil destruksi 50/5 = 10 kali
Ml untuk titrasi sampel = 0,25ml
Ml untuk titrasi blanko =0,02ml
kadar protein kasar ( %) =………%
b. Pembahasan
|
0,1 x
( ml titrasi sampel – ml titrasi blanko ) x
14 x 6,25
x 10
x 100%
= ……%
mg sampel
|
|
= 6,6883 %
|
c. Semi
mikro kjedhal
Normalitas asam tritrator = 0,1
Mg equivalen nitrogen = 14
Factor protein = 6,25
Ml untuk titrasi sampel = 6,18ml
Ml untuk titrasi blanko =0 ml
Mg sampel =
304,1mg
Hasil
=
17,81%
3.
Serat Kasar
a. Hasil
:
Berat sampel :
1,006 gram
Berat cawan :18,
1231 gram
Berat kertas saring :0,1811
gram
Berat cawan + kertas saring :18, 3042gram
Berat cawan + kertas saring + residu kering :18. 5548
Berat cawan + residu abu : 18.1272
b. Pembahasan
:
|
C – d – b
%
serat kasar = x 100%
Mg sampel
|
|
Presentasi serat kasar
= 24,50 %
|
4.
Eter Ekstrak
a.
Hasil :
Berat
(kertas saring
+ sampel )sebelum ekstraksi = 2,0779 gram
Berat
(kertas saring
+ sampel )setelah ekstraksi =
1,9705 gram
Berat sampel = 1,0233 gram
Kehilangan berat = 0,1074 gram
b.
Pembahasan :
|
|
|
= 0,1049
= 10, 49 %
|
5.
Abu
a.
Hasil : cawan 9
Berat konstan cawan = 14,4494gram
Berat
(cawan+abu) = 13,0037gram
Berat abu = -1,4457 gram
b.
Hasil :cawan 10
Berat konstan cawan = 12,6819 gram
Berat
(cawan+abu) = 14,7652 gram
Berat abu = 2,0833
c.
Pembahasan :
|
Berat abu
Kadar
abu = x 100%
Berat sampel
|
Cawan 9
= 0,769 %
Cawan 10
=1,085 %
Bahan organik
|
Berat sampel – berat abu
Kadar
BO = x 100%
Berat sampel
|
Cawan 9
= 2,65 %
Cawan 10
= 0,832 %
6. Energy
bruto
a. Hasil
:
Suhu awal = 21,1500
Suhu akhir = 22, 4770
Kenaikan suhu = 1,327
Bomb factorn
= 2,4700
b. Pembahasan
:
|
Kenaikan suhu
Energy Bruto = x
bomb factor Kcal/g
Berat sampel
|
= 3,2382
Tidak ada komentar:
Posting Komentar