Minggu, 05 Juni 2016

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU NUTRISI TERNAK DASAR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Pendapat itu didukung oleh pernyataan Mulyono (2000), menyatakan bahwa analisis proksimat adalah analisis atau pengujian kimia yang dilakukan untuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam industri menjadi barang jadi. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung didalamnya. Analisis proksimat dikembangkan di Weende experiment Station Jerman. Cara ini sering disebut cara Weende. Jenis analisa yang dimaksut didalamnya adalah penentuan bahan kering (BK), protein kasar (PK), serat kasar (SK), eter ekstrak (EE), abu dan energi bomb.
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak dan tidak beracun terhadap ternak tersebut.Mengenalibahan pakan adalah sebagai kewajiban bagi setiap mahasiswa yang berada di fakultas peternakan.
Pentingnya bahan pakan khususnya untuk ternak merupakan hal yang tidak bisa kita pungkiri untuk kita tidak mempelajarinya. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, menjadikan kebutuhan protein hewani juga meningkat. Peningkatan jumlahpenduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk perumahan. Hal ini menyebabkan luas lahan pertanian mengalami penurunan, yang berpengaruh pada ketersediaan hijauan sumber pakan ternak ruminansia dan bahan konsentrat.
Tingginya konsumsi ternak terhadap pakan membuat para peternak sapi,ayam,kambing maupun hewan ternak lainnya mencari alternative pakan selain hijauan dan dedak padi pada umumnya.Para peternak pada saat ini telah menambahkan protein,sumber energi,mineral,dan lain sebagainyaTentu dengan berbagai jenis pakan yang ada disekitar kita baik dalam bentuk bungkil maupun limbah dari pertanian dan limbah dari pengolahan tempe dan tahu. Kebutuhan protein hewani yang kian meningkat, harus diikuti dengan peningkatan produksi tenak ruminansia sebagai salah satu sumber protein hewani, sebagai upaya untuk mencapai swasembada daging sapi 2014. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia diantaranya dengan perbaikan kualitas bibit ternak (secara genetik), peningkatan mutu pakan ternak, dan peningkatan kualitas kesehatan ternak.
Pakan ternak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat berupa hasil tanaman maupun hasil sisanya, sedangkan yang berasal dari hewan banyak berasal dari hasil sisa produksi yang hasil utamanya sudah dimanfaatkan oleh manusia. Tubuh ternak terdiri atas zat-zat gizi, sehingga ternak memerlukan zat-zat gizi dari luar yang dapat dipakai oleh ternak untuk menjaga kehidupan. Agar kualitas dan kuantitas nutrien yang dibutuhkan ternak terpenuhi maka harus dibuat ransum khusus yang disebut ransum serasi-seimbang yaitiu ransum yang diformulasikan dan dibuat sedemikian rupa sehingga bahan pakan yang digunakan dan nutrien yang terkandung didalamnya baik dalam macam, jumlah, dan proporsinya memenuhi persyaratan yang sesuai dengan kondisi dan tujuan pemeliharaan ternak. 
Bahan pakan merupakan suatu bahan yang dapat dimakan,disukai, dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorbsi, bermanfaat bagi ternak dan tidak menganggu kesehatan ternak tersebut. Secara umum bahan pakan terbagi dalam delapan klas yaitu: hijuaan kering atau jerami padi, hijauan segar, silage, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan aditif pakan. 
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak dan tidak beracun terhadap ternak tersebut.Mengenalibahan pakan adalah sebagai kewajiban bagi setiap mahasiswa yang berada di fakultas peternakan.
Pentingnya bahan pakan khususnya untuk ternak merupakan hal yang tidak bisa kita pungkiri untuk kita tidak mempelajarinya. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, menjadikan kebutuhan protein hewani juga meningkat. Peningkatan jumlahpenduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk perumahan. Hal ini menyebabkan luas lahan pertanian mengalami penurunan, yang berpengaruh pada ketersediaan hijauan sumber pakan ternak ruminansia dan bahan konsentrat.
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang bisa dimakan oleh ternak yang dapat dicerna secara keseluruhan ataupun sebagian oleh ternak. Ransum adalah campuran jenis pakan yang diberikan kepada ternak selama 24 jam tanpa memperhitungkan kebutuhannya.
Dedak padi merupakan limbah pengolahan padi menjadi beras dan kualitasnya bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi adalah hasil samping pada pabrik penggilingan padi dalam memproduksi beras. Dedak padi merupakan bagian kulit ari beras pada waktu dilakukan proses pemutihan beras. Dedak padi digunakan sebagai pakan ternak, karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi, harganya relatif murah, mudah diperoleh, dan penggunaannya tidak bersaing dengan manusia. Menurut (Schalbroeck, 2001), produksi dedak padi di Indonesia cukup tinggi per tahun dapat mencapai 4 juta ton dan setiap kuwintal padi dapat menghasilkan 18-20 gram dedak, sedangkan menurut Yudono et al. (1996) proses penggilingan padi dapat menghasilkan beras giling sebanyak 65% dan limbah hasil gilingan sebanyak 35%, yang terdiri dari sekam 23%, dedak dan bekatul sebanyak 10%. Protein dedak berkisar antara 12-14%, lemak sekitar 7-9%, serat kasar sekitar 8-13% dan abu sekitar 9-12% (Murni et al., 2008).
Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara luas oleh sebagian peternak di Indonesia. Sebagian bahan pakan yang berasal dari limbah agroindustri. Dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber energi bagi ternak (Scott et al.,1982). Kelemahan utama dedak padi adalah kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi, yaitu 13,0% dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan protein sehingga sulit dapat dimanfaatkan oleh enzim pencernaan. Inilah yang merupakan faktor pembatas penggunaannya dalam penyusunan ransum. Namun, dilihat dari kandungan proteinnya yang berkisar antara 12-13,5 %, bahan pakan ini sangat diperhitungkan dalam penyusunan ransum unggas. Dedak padi mengandung energi termetabolis berkisar antara 1640 – 1890 kkal/kg. Kelemahan lain pada dedak padi adalah kandungan asam aminonya yang rendah, demikian juga halnya dengan vitamin dan mineral (Rasyaf, 2004).
Sebagai bahan pakan. Dedak padi mempunyai beberapa karakter yaitu mempunyai struktur yang cukup kasar, Mempunyai bau khas wangi dedak, Berwarna coklat dan tidak menggumpal, Dedak padi umumnya tidak tahan disimpan dan cepat menjadi tengik. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan lemak. Dedak padi ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh waktu atau musim. Pakan ini merupakan bahan yang bersifat mudah rusak selama penyimpanan jika disimpan melebihi waktu tertentu.




1.2.  Rumusan Masalah
  • Apa yang dimaksud dengan Analisa proksimat?
  • Bagaimana cara dalam menganalisis dari jenis proksimat?



1.3.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan Analisa proksimat
2.      Untuk mengetahui Bagaimana cara dalam menganalisis dari jenis proksimat.


1.4.  Manfaat
1.      Agar mahasiswa mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan Analisa proksimat
2.      Agar mahasiswa mampu mengetahui Bagaimana cara dalam menganalisis dari jenis proksimat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total, air total, lemak total, protein total dan karbohidrat total, sedangkan untuk kandungan mikronutrien difokuskan pada provitamin A (β-karoten) (Sudarmadji et al., 1996). Analisis vitamin A dan provitamin A secara kimia dalam buah-buahan dan produk hasil olahan dapat ditentukan dengan berbagai metode diantaranya kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom absorpsi, kromatografi cair kinerja tinggi, kolorimetri dan spektrofotometri sinar tampak (Susi .  2001).
Analisa proksimat merupakan pengujian kimiawi untuk mengetahui kandungan nutrien suatu bahan baku pakan atau pakan. Metode analisa proksimat pertama kali dikembangkan oleh Henneberg dan Stohman pada tahun 1860 di sebuah laboratorium penelitian di Weende, Jerman (Hartadi et al., 1997). McDonald et al. (1995) menjelaskan bahwa analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
Bahan pakan mengandung zat-zat kimia yang secara umum semua makanan mengandung air yang lebih banyak dari kandungan lain. Tinggi rendahnya kadar air mempengaruhi kebutuhan hewan akan air minum. Banyaknya air yang terkandung pada suatu bahan makanan dapat diketahui jika bahan tersebut dipanaskan atau dikeringkan pada temperatur tertentu. Menurut Krishna (1980), komponen air adalah air dan senyawa organik yang mudah menguap. Abu sendiri terdiri dari unsur mineral, namun bervariasinya kombinasi unsur mineral dalam bahan pakan asal tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indek untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu.
1. Kadar air
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat Hafez, E.S.E. (2000).
Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang paling kering sekalipun,masih terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah yang kecil.Bahan yang paling banyak mengadung kadar air adalah  tepung kedele dengan nilai 18,1490 dan yang memiliki berat kering paling besar adalah tepung darah dengan nilai 99,7501.Kadar bahan kering ini pun dapat berubah-ubah,tergantung dari suhu dan kelembaban dari suatu wilayah ternak itu dipelihara.
Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan pada suhu 105C. Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi, 1994). Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis). Metode pengeringan melalui oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi beberapa makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah terbang) yang bisa hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997).
2. Protein Kasar          
Anggorodi (2005) menyatakan protein adalah esensial bagi kehidupan karena zat tersebut merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup.Bahan yang paling banyak mengandung protein kasar adalah bungkil kedele.Karena nya,bungkil kedele mengandung asam amino paling tinggi dari bahan yang kami praktikumkan. Susi(2001) menyatakan bahwa bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah kandungan zat makanan dikurangi persentase air,abu,protein kasar,lemak kasar,dan serat kasar. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dihitung sebagai nutrisi sampingan dari protein.
Kadar protein pada analisa proksimat bahan pakan pada umunya mengacu pada istilah protein kasar. Protein kasar memiliki pengertian banyaknya kandungan nitrogen (N) yang terkandung pada bahan tersebut dikali dengan 6,25. Definisi tersebut berdasarkan asumsi bahwa rata-rata kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram per 100 gram protein (NRC, 2001). Protein kasar terdiri dari protein dan nitrogen bukan protein (NPN) (Cherney, 2000).
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen protein tidak selalu 16% (Soejono, 1990).  Menurut Siregar (1994) senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak. Jika konsumsi N makanan rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga rendah. Jika nilai hayati protein dari makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut didegradasi di dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah.


3. Serat Kasar
Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh ternak monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai mikroorganisme rumen yang memiliki kemampuan untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa (Chandra. 2001).
Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman (Anggorodi, 1994). Pakan hijauan merupakan sumber serta kasar yang dapat merangsang pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat kasar dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen (Farida, 1998) menyatakan bahwa Serat kasar merupakan kemudahan bagi makluk hidup untuk mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh.  Danuarsa, (2006) menyatakan bahwa kandungan serat kasar yang tinggi padapakan akan menurunkan koefisiensi cerna dalam bahan  pakan tersebut,karena serat kasar megandung bagian yang sukar untuk dicerna. Danuarsa, (2006) menyatakan bahwa Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak larut dalam H2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturur-turut dimasak selama 30 menit.. Kamal (1998) menyatakan analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar dalam bahan baku pakan pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan secara kimiawi dengan metode mendell.
Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi (Tillman et al., 1991). Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar (Soejono, 1990).
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium hidroksida pada kondisi terkondisi (Suparjo, 2010). Serat kasar sebagian besar berasal dari sel dinding tanaman dan mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010). Lu et al. (2005) menyatakan bahwa serat pakan secara kimiawi dapat digolongkan menjadi serat kasar, neutral detergent fiber, acid detergent fiber, acid detergent lignin, selulosa dan hemiselulosa. Peran serat pakan sebagai sumber energi erat kaitannya dengan proporsi penyusun komponen serat seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010). Menurut Cherney (2000) serat kasar terdiri dari lignin yang tidak larut dalam alkali, serat yang berikatan dengan nitrogen dan selulosa.

4. Kadar Abu
Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan kandungan mineral pada bahan tersebut. Menurut Cherney (2000) abu terdiri dari mineral yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam detergen Kandungan bahan organik suatu pakan terdiri protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
Karra (2007) menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur  adalah dengan suhu 400-600 derajat Celcius dan Halim (2006) menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu (ash) . Disini, bahan pakan ternak yang paling banyak mengandung kadar abu adalah  tepung kulit kerang dengan persentase 92,9000. Ini disebabkan karena tepung kulit kerang memang terdiri bahan anorganik yang terdiri dari mineral - mineral seperti kapur.
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990). Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu 400-600oC sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu yang dianggap mewakili bagian inorganik makanan. Namun, abu juga mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif (Anggorodi, 1994). 



BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Pengambilan dan Penyusunan Sampel
3.1.1 Pengambilan Sampel
            Sampling atau pengambilan sampel pada prinsipnya adalah pengambilan sampel yang dapat menggambarkan dan mewakili keseluruhan bahan. Maka dari itu pengambilan sampel dilakukan beberapa kali di berbagai lokasi, umpama bagian tengah, pinggir, atas atau bawah. Kuantitas yang diambil di setiap lokasi tadi sama beratnya. Setelah itu dicampur sampai rata. Oleh karena untuk untuk analisa hanya diperlukan sampel sedikit, maka perlu mengurangi atau mereduksi kuantitas sampel, jadi homogenitas merupakan syarat yang mutlak dalam pengambilan sampel.
            Ada beberapa bahan agak sukar membuat homogen seperti bahan yang bentuknya agak panjang atau butiran besar, bahan seperti itu dibuat menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan jalan memotong atau menggiling. Setelah itu baru dicampur dengan sampel homogen.

3.1.2 Perlakuan Sampel
            Pada umumnya tidak semua sampel yang dikirim  ke laboratorium atau yang diambil sudah siap untuk dianalisa. Jadi sampel perlu mendapat perlakuan agar siap dianalisa.
Tahap persiapan sampel seperti berikut :
a.       Sampel yang baru dating atau yang baru diambil ditimbang dengan segera.
b.      Pisahkan antara bagian yang dapat dimakan dengan yang lainnya lalu ditimbang masing-masing bagian.
c.       Untuk hijauan seperti rumput dipotong pendek 2-3 cm.
d.      Bila sampel terlalu banyak ambil sub sampel secukupnya :
·         100 gram untuk sampel berkadar air rendah.
·         500 gram untuk sampel berkadar air tinggi.
e.       Masukkan ke kantong kertas yang sudah diketahui beratnya.
f.       Timbang dan oven di forced draught oven pada suhu 70˚C sampai kering yang ditandai dengan bahan mudah dipatahkan dan keluar bunyi bila diremas.umumnya proses ini berlangsung 36-48 jam.
g.      Bahan dikeluarkan dan dibiarkan pada suhu kamar untuk menyeimbangkan kandungan air bahan.
h.      Timbang (berat kering udara)

i.        Sampel yang sudah kering digiling dengan gilingan bersaringan 1 mm.
j.        Hasil gilingan disimpan dalam kantong plastik atau botol yang bertutup vakum.
k.      Beri label atau etiket pada botol atau kantong plastic.

3.2 Analisisa proksimat
          Analisa proksimat dikembangkan diweende experiment station Jerman. Cara ini sering disebut cara Weende. Jenis analisa yang termaksud didalamnya adalah penentuan :
a.       Bahan kering ( BK )
b.      Protein kasar ( PK )
c.       Serat kasar  ( SK )
d.      Eter ekstrak ( EE )
e.       Abu
3.2.1 Penentuan Bahan Kering atau Kadar Air
Alat-alat :
1.      Cawan porselin
2.      Neraca analitik
3.      Desikator
4.      Oven
5.      Pingset atau gegep
Cara kerja
1.      Cawan dicuci, dibilas dan dikering anginkan.
2.      Ovenkan pada suhu 105-110 ºC sampai bobot tetap, biasanya selama 3 jam
3.      Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
4.      Timbang sebagai berat konstan cawan
5.      Kedalam cawan masukkan sampel sebanyak 1-20000 g, timbang sebagai bobot awal
6.      Tentukan bobot konstan cawan dan sampel dengan jalan
a.       Ovenkan selama 9-12 jam pada suhu 105-110ºC
b.      Dinginkan dalam desikator 30 menit
c.       Timbang sebagai bobot akhir
d.      Untuk meyakinkan bobot konstan, dapat diovenkan lagi seperti diatas
e.       Atau ovenkan selama 2 jam pada suhu 135º kurang lebih 2˚C , kemudian timbang

3.2.2  Protein Kasar
   1.  Makro Kjeldahl
Prinsip kerja :
  Ikatan nitrogen suatu bahan akan dipecah dan diikat oleh asam sulfat pekat dalam bentuk ammonium sulfat. Dalam suasana basa amonium sulfat akan melepas amonianya dan di tangkap oleh larutan asam. Dengan jalan titrasi kandungan nitrogen dapat diketahui.

Dasar reaksi :
              Sampel + H2SO4                                   KATALIS                          ( NH4 )2SO4

              (NH4 )2SO4 + 2 NaOH                                          2 NH4OH + Na2SO4
                                   NH4OH                                                         NH3 + H2O
               3 HN3 + H3BO3                                                      ( NH4)3BO3
                (NH4)3BO3 + 3 HCl                                              2 NH4Cl + H3BO3

Alat :
1.      Labu kjeldahl
2.      Neraca analitik
3.      Butiran gelas
4.      Alat destruksi
5.      Corong penyaring
6.      Labu ukur
7.      Gelas ukur
8.      Erlenmeyer
9.      Alat destilasi
10.  Burret

Zat kimia
1.      asam sulfat pekat
2.      natrium hidroksida 50% (50gam/10ml)
3.      asam boraks 2% (2gam/100ml)
4.      asam klorida 0,1 N
5.      tablet katalis (1g sodium sulfat anhydrous + 10 mg Se)
6.      indicator campuran (20 ml Bromo Chresol Geen 0,1% + 4ml metyl Red 0,1% dalam alcohol)
Cara kerja :
Pase destruksi :
1.         masukkan ke labu kjeldahl 1 g sampel , tambah 2 butir tablet katalis
2.         masukkan 1 butiran gelas
3.         tambah 15-20 ml asam sulfat pekat
4.         destruksi dalam suhu rendah sampai asap hilang
5.         suhu dinaikkan dan destruksi sampai jernih
6.         lanjutkan pemanasan 15 menit lagi , tapi cegah kekeringan
7.         bilas dan pindahkan secara kuantitatif ke labu ukur 50 ml.
pase destilasi :
1.      panaskan alat destilasi markham
2.      pemanasan sudah cukup bila cairan sudah tertampung 25 ml
3.      masukkan 5 ml cairan hasil destruksi
4.      tambah 10 ml natrium hidroksida 50%
5.      tamping dengan 5 ml asam borak 2% yang sudah dicampur dengan indicator ( 1 L asam borak 2% + 20 ml 0,1 % Brom Chresol green + 4 ml 0,1 Metyl Red )
6.      destilasi sampai tertampung 25 ml.
7.      bilas ujung kondensor

2.  Semi mikro kjeldahl ( ICW )
        Prosudure sama yang berbeda dengan makro adalah berat sampel, volume zat kimia dan volume destilasi serta pengenceran .

Alat yang digunakan :
Sama dengan makro kecuali alat destilasi ICW (Ivan , clack, white ).

Zat kimia :
Zat yang digunakan sama dengan makro.

Cara kerja :
1.      300 mg sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu kjeldahl
2.      Tambah 1 tablet katalis dan 1 butiran gelas
3.      Tambah 5 ml asam sulfat pekat.
4.      Destruksi seperti makro
5.      Setelah selesai tidak ada pengenceran akan tetapi semuanya didestilasi.
6.      Pasang pada alat destilasi ICW
7.      Tambah 25 ml natrium hidroksida 50% perlahan – lahan
8.      Destilasi dengan alat destilasi ICW.
9.      Tampung 20 ml dengan asam borak2% yang sudah dicampur dengan indicator, destilasi selesai bila sudah tertampung 50ml
10.  Titrasi seperti pada makro.

3.2.3 Serat Kasar
Prinsip :
Setiap zat yang dapat larut dalam larutan asam lemah dan basa lemah dalam prosudure ini dapat dihilangkan , yang tinggal dalam saringan adalah serat kasar dan abu. Serat kasar akan terbakar dalam tanur sehingga serat kasar di dapat dari berat sebelum dan sesudah dibakar.
Alat dan bahan :
1.      Gelas piala tinggi 600 ml
2.      Cawan porselin
3.      Kertas saring
4.      Corong Buchner
5.      Kondensor
6.      Penangas pasir
7.      Pompa vakum
8.      Aquadest

Pereaksi :
1.      H2SO4 0,3 N
2.       NaOH 1,5 N
3.       alkohol
4.       aceton
Cara kerja :
1.      Timbang 1 g sampel ke dalam gelas piala tinggi 600 ml
2.      Tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N
3.      Letakkan di atas penangas pasir atau hot plate
4.      Didihkan selama 30 menit
5.      Tambahkan 25 ml NaOH 1,5 N dan terus didihkan selama 30 menit.
6.      Siapkan kertas saring bebas abu yang telah dikeringkan bersama cawan porselin dalam oven 105-110˚C , catat beratnya.
7.      Saring dengan bantuan pompa vakum
8.      Lalu cuci berturut – turut dengan  :
a.       Aquadest panas 50 ml
b.       H2SO4 0,3 N 50 ml
c.       Aquadest panas 50 ml
d.      Alkohol 25 ml dan
e.       Aceton 25 ml

9.      Pindahkan kertas saring yang berisi residu ke dalam cawan porselin
10.  Keringkan dalam oven 105-110˚C selama 1-3 , timbang dan catat bobot tetapnya
11.  Lanjutkan dengan pengabuan pada 400-600˚ C selama 1-3 jam , dinginkan dalam desikator dan timbang.

3.2.4 . Eter ekstrak
Prinsip :
Semua zat yang larut dalam pelarut lemak akan terektreasi apabila pengekstrasian dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Kehilangan berat pada sampel atau penambahan berat pada ekstrator atau pelarut adalah kadar eter ekstrak. Pelarut lemak seperti eter , chloroform , petroleum benzena . zat yang larut didalamnya seperti lemak , asam lemak , resin , lipid , klorofil.
Alat :
5.      Ekstraktor soxchlet
6.      Neraca analitik
7.      Desikator
8.      Timbel atau kertas saring
9.      Oven
10.  Pinset

Zat kimia :
Petroleum benzena B.P. 60 - 80˚C

Cara kerja :
1.      Masukkan sampel kedalam timbel 1-2 gam
2.      Hilangkan kandungan airnya dengan mengovenkan selama 9 jam pada suhu 105-110˚C
3.      Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
4.      Timbang ( berat timbel + sampel )
5.      Masukkan ke alat soxhlet
6.      Isi labu lemak dengan petroleum benzena secukupnya
7.      Ekstraksi selama kurang lebih 18 jam dengan tetesan 8-12 permenit
8.      Timbel diambil dan keringkan selama 3 jam dalam oven dengan suhu 105-110˚C
9.      Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
10.  Timbang berat timbel + sampel setelah diekstraksi.

3.2.5 Abu
            Alat-alat
1.      Cawan porcelin
2.      Neraca analitik
3.      Desikator
4.      Piset atau gagap
5.      Tanur listrik

Cara kerja
1.      Cuci cawan porcelin, bilas dan keringkan
2.      Tentukan berat konstannya dengan cara:
-Masukan dalam tanur listrik 2-3 jam pada suhu 500ᵒC
-Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
-Timbang berat cawan kosong
                        3. Masukan sample 1-2 gram
            4. Bakar dalam tanur 3-6 jam suhu 500ᵒC sampai menjadi abu yang ditandai
    Oleh warna putih keabu-abuan tanpa bintik-binti hitam
5. Dinginkan dalam desikaror
6. Timbang berat cawan + abu

3.2.6 Energi bruto
Alat-alat:
1.      Neraca analitik
2.      Pembuat pelet
3.      Kawat platina/chormium
4.      Automaticadiabatic bombcalorimeter
5.      Cawan baja
6.      Benang kapas
7.      Biuret
8.      Pinset
Zat kimia :
1.      Nitrogen benzoat
2.      Oksigen
3.      Air pendingin
4.      Natrium karbohidrat
5.      Es blok
Cara kerja:
   I Mempersiapkan automatic adiabatic bomb calorimeter :
1.      Alirkan air pendingin dengan aliran 300 ml / menit
2.      Selang untuk menglirkan air pendinginan dimasukan ke dalam ember yang berisi es balok agar air lebih dingin
3.      Tabung penyerap panas diisi 3 kg aquadest
4.      Tabung pembungkus juga diisi aquadest sampai penuh yang ditandai dengan ada aquadest yang keluar
5.      Ke dalam tabung pembungkus dimasukan sedikit natrium carrbonat (40 mg) sebagai pengantar listri
6.      Lampu petunjuk akan menyala bila bomb dihidupkan
7.      Untuk lampu petunjuk pemanas, baru menyala setelah suhu ditabung pembungkus lebih rendah daripada tabung penyerap panas. Hal ini terjadi karena pemanasan (heater) mulai bekerja untuk menaikan suhu
8.      Keseimbangn suhu tercapai, ditandai dengan nyala lampu petunjuk hidup dan mati yang periodenga teratur, disampingitu bunyi relay juga teratur
9.      Petunjukan relai dipasang pada angka 6-8 relay adalah alat pengaatur pemanas untuk bekerja , pemanas bekerja, pemanas bekerja apabila ada perintah dari relay, perintah timbul karena ada perbedaan suhu antara tabung penyerap panas dengan tabung pembungkus yang dikontrol oleh termoster yang tercelup didalamnya
10.  Bila relay berfungsi secara sempurna suhu ditabung pembungkus selalu lebih tinggi ( 1-2 drajat celcius) dari suhu di tabung penyerap panas, dengan demikian tidak ada panas yang keluar dari tabung penyerap panas
11.  Bomb siap dipakai bila sudah terjadi keseimbangan suhu antara tabung pembungkus dan penyerap panas
II Mempersiapkan pelet
1.      Timbang cawan baja kosong
2.      Timbang sample ±1 gram
3.      Buat pelet
4.      Masukan pelet ke cawan baja
5.      Timbang  :
a.        Berat cawan + pelet
b.      Berat cawan kosong
c.       Berat pelet

                       
            III Mempersiapkan tabung pembakaran
1.      Hubungan elektrode pada tutp tabung pembakaran dengan kawat platina
2.      Letakkan cawan yang sudah berisi pelet pada tempatnya
3.      Hubungan pelet dengan kawat platin dengan benang sebaiknya kedua ujung benang ditindih oleh pelet
4.      Isi tabung bomb 1 ml aquadest,tutup dan alirkan oksigen sampai 25-30 atmosfir
5.      Periksa kebocoran tabung dengan mencelupkan tabung air, bila bocor perbaiki dan isi kembali O2

IV  Pemasangan tabung pembakaran di alat bomb calorimeter
1.      Masukkan tabung pembakaran ke dalam tabung penyerap panas. Tabung tersebut terendam sempurna
2.      Penutup bom calorimeter dipasang
3.      Lampu penunjuk tanda hubungan aliran listrik dan lampu tanda siap di bomp akan menyala
4.      Bila tidak menyala, periksa dimana hubungan listrik tidak sempurna
5.      Bomb calorimeter siap bekerja bila suhu sudah seimbang
6.      Baca suhu awal pengeboman
7.      Tekan tombol pengeboman
8.      Perhatikan kenaikan suhu pada thermometer yang dipasang ditabung penyerap panas
9.      Suhu akan naik dengan cepat yang ditandai oleh bunyi relay yang panjang dan lampu tanda pemanas
10.  Baca suhu 3 menit setelah pengeboman dan setiap 1 menit berikutnya sampai suhu maksimal atau stabil , lalu keluarkan tabung pembakaran
11.  Gas produk pembakaran dikeluarkan dengan pintilnya.
12.  Buka tutup tabung pembakaran , pembakan sempurna apabila terlihat abu berwarna putih ke abu-abuan.
13.  Cuci tabung pembakaran dengan air dan bilas dengan aquadest.
14.  Ambil dan copot
V Menentukan bomb faktor
1.      Timbang asam benzoat 1 gram, buat pellet
2.      Pellet di bomb seperti diatas
3.      Untu menentukan bomb faktor paling sedikit di bomb 20 pelet asam benzoat. Nilai rata-ratanya adalah bomb faktornya.
4.      Untuk memeriksa kembali bomb faktornya 3 pelet sudsh cukup.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengambilan dan perlakuan sampel
a.       Hasil :
Berat kering kantong kertas                      = 13,4 gram
Berat (kantong+bahan)                             = 63,4 gram
Berat bahan                                               = 50 gram
Berat (kantong+bahan) setalah dioven     = 58,8 gram
Berat kering-udara bahan                          = 45,4 gram
b.      Pembahasan
Text Box: kadar berat kering= (berat kering setelah dioven)/(berat bahan  mula-mula) x 100%
    =(58,8-13,4 gram)/(50 gram) x 100%
     = 90,8%
Text Box: Kehilangan Berat = Berat bahan mula-mula – berat kering setelah dioven
   = 50 gram – (58,8-13.4) gram
   = 4,6 gram
 








     

Text Box: kadar air=(berat bahan mula mula-█(berat kering setelah@ dioven))/(berat bahan mula-mula) x 100%
     =(50-(58,8-13,4gram))/50gram x 100%
     =9,2 %

 








c.        
4.2 Analisa Proksimat
1.)    Penentuan Bahan Keringatau Kadar Air
Hasil :
a.       Berat konstan cawan kosong  No. 9  = 14,4494 gram
                                                 No. 10            = 12,6819 gram
b.      Berat cawan + sampel            No. 9   = 16,3280 gram
                                                 No. 10            = 14,6003 gram
c.       Berat cawan + sampel setelah No. 9   = 16,2385 gram
d.      dioven                                     No. 10            = 14,5103 gram
Text Box: kadar bahan kering= (berat sampel setelah dioven)/(berat sampel) x 100%
  cawan no. 9=(1,7891  gram)/(1.8786 gram) x100%
    = 95,2358%
  cawan no.10=(1,8284 gram)/(1.9184 gram) x100%
    = 95,3086%
Text Box: kadar air= (berat sebelum dioven-setelah dioven)/(berat sampel) x 100%
Cawan no. 9  =(1,8786 gram-1,7891 gram)/(1,8786 gram) x 100%
           = 93,35 %
Cawan no. 10   = (1,9281gram-1,8284gram)/1,9184×100%
                                 = 92,90

 



2.    Protein Kasar
a.    Makro Kjedhal :
Normalitas asam titrator                           = 0,1
Mg equivalen nitrogen                             = 14
Factor protein                                                       = 6,25
Pengenceran hasil destruksi 50/5             = 10 kali
Ml untuk titrasi sampel                            = 0,25ml
Ml untuk titrasi blanko                             =0,02ml
kadar protein kasar ( %)                           =………%
b.    Pembahasan
Text Box: kadar protein kasar= (0,1 ×(0,25-0,02)×14 ×6,25 ×10)/300,9  ×100%
    = 6,6883 %
 


















c.    Semi mikro kjedhal
Normalitas asam tritrator             = 0,1
Mg equivalen nitrogen                             = 14
Factor protein                                                       = 6,25
Ml untuk titrasi sampel                            = 6,18ml
Ml untuk titrasi blanko                             =0 ml
Mg sampel                                                            = 304,1mg

Hasil

                 =  17,81%
3.    Serat Kasar
a.    Hasil :
Berat sampel                                                        : 1,006 gram
Berat cawan                                                         :18, 1231 gram
Berat kertas saring                                               :0,1811 gram
Berat cawan + kertas saring                                 :18, 3042gram
Berat cawan + kertas saring + residu kering        :18. 5548
Berat cawan + residu abu                                    : 18.1272
b.    Pembahasan :
Text Box: Presentasi serat kasar=(18,5548-18.1272-0,8111)/1.006  ×100%
  = 24,50 %
 










4.      Eter Ekstrak
a.       Hasil :
Berat (kertas saring + sampel )sebelum ekstraksi        = 2,0779  gram
Berat (kertas saring + sampel )setelah ekstraksi          =  1,9705 gram
Berat sampel                                                   =  1,0233 gram
Kehilangan berat                                             =  0,1074 gram

b.      Pembahasan :
Text Box: kadar E.ekstrak= (berat kertas sebelum-setelah diekstraksi)/(berat sampel) x 100%
kadar E ekstrak=(2859 – 1,9432 )/(  1,0301) x 100%
Text Box: kadar E.ekstrak= (berat kertas sebelum-setelah diekstraksi)/(berat sampel) x 100%
kadar E ekstrak=(2,0779 – 1,9705 )/(  1,0233) x 100%
      = 0,1049
         = 10, 49 %
 







5.      Abu
a.       Hasil : cawan 9
Berat konstan cawan               = 14,4494gram
Berat (cawan+abu)                  = 13,0037gram
Berat abu                                 = -1,4457 gram
b.      Hasil :cawan 10
Berat konstan cawan               =  12,6819 gram
Berat (cawan+abu)                              = 14,7652 gram
Berat abu                                             = 2,0833
c.       Pembahasan :
 





Cawan 9
                                                           = 0,769 %
Cawan 10

                                                =1,085 %
Bahan organik
 





Cawan 9
                                                = 2,65 %
Cawan 10
                                                    = 0,832 %
6.      Energy bruto
a.       Hasil :
Suhu awal             = 21,1500
Suhu akhir             = 22, 4770
Kenaikan suhu      = 1,327
Bomb factorn        = 2,4700
b.      Pembahasan :
 





                                                              = 3,2382

Tabel Hasil Praktikum
No
Sampel
%DW
%DM
%Abu
%SK
%Protein
%Lemak
GE
1
Dedak
90,8
95,272
16,7
24,5
17,.78
10,49
3,238,2

Konversi Analisis Data
DEDAK
·           Berat Kering (DW) (% Bahan Segar)   =   90,8%
·           Bahan Kering (DM) (% Berat Kering) =   95,272%
·           Bahan Kering (DM) (% Bahan Segar) =   95,272/100 x 90,8
                                                              =   86,50%

Ø  Kadar Protein Kasar
1.         Konversi Bahan Kering
-          Kadar Protein Kasar                                 (% Berat Kering)            =          17,78%
-          Kadar Bahan Kering  (% Berat Kering)   =   95,272%
-          Kadar Protein Kasar                                 (% Bahan Kering)           =          100/95,272 x 17,78
                                                                  =   18,66 %
Artinya, dalam BK 95,272% terdapat 17,78% PK atau dalam BK 100% terdapat 18,66PK

2.         Konversi ke Bahan Organik
-          Kadar Abu (% Berat Kering)                    =   16,7%
-          Kadar Abu (% Bahan Kering)                  =   100/95,272 x 16,7% = 17,53%
-          Kadar Bahan Organik (% Bahan Kering) =   100 – 17,53% = 82,47% atau
                                                             =   100/95,272 x (95,272 – 16,7) = 82,107%
Jadi dalam BO 82,107% terdapat 18,66% PK, dalam BO 100% terdapat 100/81,84 x 18,66 % = 22,80% PK

                                        
3.         Konversi ke Bahan Segar / Asal
-          Berat Kering (% Bahan Segar)                 =   90,8%
-          Bahan Kering (% Berat Kering)               =   95,272%
-          Bahan Kering (% Bahan Segar)                =   86,50%
-          Protein Kasar (% Bahan Kering)              =   18,66%
Artinya dalam 100% BK terdapat 18,66% PK
Jadi dalam 86,50% BK terdapat 86,50/100 x 18,66 =16,1409% Protein Kasar (% Bahan Segar)

-          Kadar Abu (% Bahan Kering)                  =   16,7%
-          Kadar Abu (% Bahan Segar)                    =   16,7 x 81,84/100% = 13,667=13,667%
-          Kadar Bahan Organik (% Bahan Segar)   =   16,7 – 13,667 = 3,003= 3,003% atau
                                                                  =   81,84% x 16,7/100 = 13,667%
Dalam 100% BO terdapat 22,80% PK, jadi dalam 13,667% BO terdapat 13,667/100 x 22,80 = 16,1409%
Berdasarkan BO (% Bahan Segar) kadar Protein Kasar = 7,95%

BAB V
PENUTUP


5.1 Kesimpulan
Dedak banak mengandung nutrisi yang cukup tinggi. Dari analisi data dapat disimpilkan bahwa dedak memiliki nutrisi seperti DW(berat kering) 90,8% DM (bahan kering) 95,272% abu 16,7% SK(serat kasar) 24,5% PK 17,78% EE (ester ekstrak) 10,49% BO (bahan organik) 22,80% GE 3.283,2 kcal/kg. Dedak mempunai banak manfaat bagi ternak dan kandungan proteinna berkisar antara 12-14%, lemak sekitar 7-9%, serat kasar sekitar 8-13% dan abu sekitar 9-12%.

5.2 Saran
            Sebaiknya kordinasi antara dosen dan mahasiswa lebih ditingkatkan agar tidak membuat saling bingung.




DAFTAR PUSTAKA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar