Senin, 02 Januari 2017

SELEKSI TERNAK SUPERIOR



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Secara sederhana pelaksanaan seleksi dapat diartikan memperkenankan sekelompok ternak menjadi penurun dari generasi berikutnya dan menghilangkan kesempatan dari kelompok lain untuk memperoleh hal yang sama.Seleksi individu paling berguna untuk sifat2 yang dapat di ukur pada kedua jenis kelamin sebelum dewasa atau sebelum umur perkawinan pertama. Beberapa sifat yang termasuk adalah laju pertumbuhan, skor tubuh ternak, berat bulu, wol, ketebalan lemak punggung dan lain2. untuk satu program yang efektif yang diperlukan catatan penampilan produksi yang dibuat pada selulruh populasi dimana seleksi akan dilakukan.

Seleksi individu mempunyai keterbatasan2 antara lain:
1. untuk sifat2 yang hanya tampak pada betina, seperti hasil susu dan telur atau sifat2 induk   (maternal) pada ternak potong, yang jantan tidak dapat dipilih berdasarkan penampilannya sendiri.
2. catatan penampilan produksi susu dan telur dan kualitas induk baru tersedia setelah dewasa, harus digunakan beberapa criteria selain penampilan individu.
3. untuk sifat2 yang heritabilitasnya rendah, penampilan individual dapat merupakan indilkator nilai pemuliaan yang jelek.
4. penilaian penampilan individu atau bentuk tubuh yang muda dilakukan sering menarikpemulia umtuk terlalu menekankan pada sifat itu dalam seleksi dibandingkan dengan penggunaan optimum dari alat2 lain seperti seleksi silsilah atau seleksi keturunan.

Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara-cara pelaksanaan seleksi yang baik sehingga dapat meningkatkan hasil genetic yang lebih baik?
2.      Bagaimana pemilihan tetua maupun induk yang baik dan benar sehingga mendapatkan bakala-bakalan yang dapat meneruskan generasinya dengan tetap mempertahankan catatan prestasi yang maksimal?

Tujuan
Mengetahui cara menyeleksi ternak yang memiliki sifat superior atau memiliki kualitas dan performa yang bagus.

Manfaat
            Untuk mengetahui cara menyeleksi ternak yang memiliki sifat superior atau memiliki kualitas dan performa yang bagus untuk meningkatkan nilai ekonomis.


BAB II
PEMBAHASAN

       1. Seleksi individu atau massa (performance test)/ Tes Prestasi.
       2. Seleksi silsilah.
       3. Seleksi turunan.
       4. Seleksi collateral relative.
     

1.Seleksi individu/massa.

Yaitu seleksi untuk ternak bibit yang didasarkan pads catatan produktifitas masing-masing ternak. Seleksi individual pada ternak sapi adalah cara seleksi yang paling sederhana dan mudah dilakukan di pedesaan dengan dasar bobot sapih anak sapi yang ada dan sebagainya. Seleksi individu adalah metoda seleksi yang paling sederhana paling banyak digunakan untuk memperbaiki potensi genetik ternak. Seleksi ini sering dilakukan jika : 
1.Fenotip ternak yang bersangkutan bias diukur baik pada jantan atau betina.
2.Nilai heritabilitas atau keragaman genetic tinggi. Seleksi bisa dilakukan dengan memilih ternak-ternak terbaik berdasarkan nilai pemuliaan. Dalam aplikasi dilapangan, jika memungkinkan, nilai heritabilitas dan nilai pemuliaan ternak jantan dan betina dipisah, kemudian dipiilih ternak-ternak terbaik sesuai keperluan untuk pengganti. Pada ayam pedaging, seleksi individu sering dan lebih mudah ddilakukan karena sifat tumbuh bisa diukur langsung baik pada jantan ataupun betina. Demikian juga lingkungan yang diberikan biasanya sama, seperti dalam satu kandang ayam-ayam berasal dari tetasan yang sama, pakan sama, dan perlakuan yang sama. Sering seleksi hanya berdasarkan pertimbangan fenotip saja tidak perlu menduga nilai pemuliaan. Seleksi individu akan semakin rumit apabila banyak faktor yang mempengaruhi fenotip , seperti pada domba , babi , dan sapi perah. Pada domba misalnya, faktor yang mempengaruhi bobot badan sangat banyak, seperti jenis kelamin, tipe kelahiran, paritas induk, dan musim waktu ternak-ternak tersebut dibesarkan. Apabila faktor-faktor ini tidak diperhatikan, ketepatan memilih ternak akan berkurang. Sebagai contoh, apabila kita ingin memilih domba berdasarkan berat saja, maka yang akan terpilih adalah domba-domba jantan yang berasal dari kelahiran tunggal, padahal domba yang berasal dari kelahiran kembar mungkin mempunyai potensi genetik tinggi. Karena pengaruh dari induk mulai dari uterus sampai mereka disapih, domba-domba yang berasal dari kelahiran tunggal walaupun induknya sama. Dalam pendugaan nilai pemuliaan, faktor-faktor yang mempengaruhi fenotip harus diperhatikan dan dipertimbangkandalam evaluasi.

          Perfomance Tes dibutuhkan jika kita inbgin mengetahui prestasi seekor ternak, berdasarkan dari ukuran jasa atau hasil sifat keturunannya sendiri. Carta seleksi melalui performance test ini dipergunakan untuk prilaku2 atau karakter dengan sifat menurun yang tonggi dimana dikehendaki penampilan ternak tersebut akan terjamin menurun pada keturunannya. Memperbandingkan mutu genetik ternak berdasarkan prestasi individual disebut performance test. Tes prestasi tidak lazim dipergunakan pada sapi perah tetapi lebih umum pada sapi potong, biri-biri dan babi.

          Teori cara pelaksanaan tes prestasi ini mudah dan sederhana. Dalam kegiatan ini kita akan memilih ternak yang mempunyai prestasi terbaik dari sekelompok ternak yang berumur kira-kira sama dan dipelihara serta diperlakukan sama. Beberapa masalah atau problem pelaksanaan yang biasanya timbul terutama mengenai masalam diperlakukan sama. Sebenarnya pertanyaan yang timbul ialah, bagaimana perlakuan terhadap ternak tersebut sebelum ia dilakukan tes prestasi tersebut. Harus diingat bahwa ternak yang dibandingkan tersebut, harus berada dalam satu lingkungan yang sama. Andaikata sebelum dilakukan test prestasi atau dapat disebut pra-performance test, ternak tersebut berasal dari lingkungan yang berbeda-beda, sulit diramalkan bahwa hasil tes prestasi nantinya dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya. Harus diingat bahwa pengaruh faktor lingkungan, misalnya penyakit dapat secara tuntas disembuhkan tanpa efek sampingan yang merugikan setelah ia sembuh, tetapi ada pula yang meskipun telah sembuh akan mengakibatkan hambatan untuk suatu periode tertentu. Dapat dimengerti bahwa jika ternak yang demikian masuk kedalam tes prestasi, ia akan memberikan hasil prestasi yang lebih rendah, yang sebenarnya bukan disebabkan oleh faktor genetiknya. Oleh karena itu haruslah diingat bahwa sedapat mungkin ternak yang dibandingkan harus berada ataun berasal dari lingkungan yang sama dan jangan dari lingkungan berbeda.
 
          Kebenaran dan ketepatan dari hasil tes prestasi tersebut, dapat pula diukur atau diperbandingkan dengan hanya progeny test yang akan dilakukan kelak. Dalam memilih ternak yang terbaik tersssebut, peternak mempunyai rekor atau catatan untuk masing-masing dari ternak, dan sejak itu nilai biak untuk suatu karakter atau perilaku dapat dihitung dengan memakai rumus sebagai berikut:
Nilai Biak = Kekuatan sifat menurun suatu karakter X (rata-rata individu –
(NB) rata-rata ternak semasa)
Atau
NB = h2 X (deviasi individu)




2.Seleksi Silsilah (Pedigree Selection)
            Seleksi yang dilakukan berdasarkan pada silsilah seekor ternak. Seleksi ini dilakukann untuk memilih ternak bibit pada  umur muda, sementara hewan muda tersebut beium dapat menunjukkan sifat-sifat produksinya. Pemilihan Bibit Ternak (contoh : ternak kambing/domba)  Pemilihan bibit ternak bertujuan untuk memperoleh bangsa-bangsa ternak yang memiliki sifat-sifat produktif potensial seperti memiliki persentase kelahiran anak yang tinggi, kesuburan yang tinggi, kecepatan tumbuh yang baik serta ppersentasi karkas yang baik dan sebagainya. Kriteria - kriteria yang biasa dipergunakan sebagai pedoman dalarn rangka melaksanakan seleksi atau pemilihan bibit ialah : bangsa ternak, kesuburan dan persentase kelahiran anak, temperamen dan produksi susu induk, produksi daging dan susu, recording dan status kesehatan temak tersebut.
1. Bangsa
            Pemilihan jenis ternak misalnya (kambing/domba) yang hendak diternakan biasanya dipilih dari bangsa ternak kambing/domba unggul
2. Kesuburan dan persentase kelahiran anak yang tinggi
            Seleksi calon induk maupun pejantan yang benar jika dipilih dan turunan yang beranak kembar dan mempunyai kualitas kelahiran anak yang baik.
3. Temperamen dan jumlah produksi susu induk
            Induk yang dipilih hendaknya sebaiknya memiliki temperamen yang baik, mau merawat anaknya serta selalu siap untuk menyusui anaknya.
4. Penampilan Eksterior
            Penampilan eksterior ternak bibit harus menunjukkan kriteria yang baik untuk bibit baik ternak jantan maupun betinanya (induk). Untuk memberikan penilaian keadaan atau penampilan eksterior dapat dilakukan dengan melakukan perabaan/pengukuran ataupun pengamatan.

 metoda silsilah turunan
 Yang dimaksud dengan pedigri ialah sebuah rekor atau catatan dari leluhur atau juga disebut juga silsilah turunan di mana nilai silsilah tersebut bergantung dari yang ditungkan didalmnya. Andaikata silsilah tersebut hanya berisi nama dan nomor ternak yang diberikan oleh asosiasi peternak, tentu nilainya dapat dikatakan hampir tidak ada. Jika terjadi sebaliknya yaitu catatan tersebut lengkap ( nama, urutan dan prestasi masing2 ternak) tentu saja nilainya menjadi tinggi dan dapat dimanfaatkan. Kepentingan utama peternak menggunakan pedigri, ialah untuk menentukan berapa banyak pertimbangan atau bobot yang diberikan pada setiap leluhur, karena jika ia akan mempergunakan pedifri yang telah dikembangkan atau bobot yang diberikan pada setiap leluhur, kerena jika ia akan mempergunakan pedigri yang telah dikembangkan atau lengkap, kelak akan terlihat terlalu banyak leluhur. Hal2 penting yang harus diingat di dalam pedigri adalah sbb:
• Ternak yang penurunannya tercatat disebut subyek dari pedigri.• Setiap ternak di dalam pedigri memperoleh setengah dari genetic make-up penurunannya, tidak peduli pada tingkat mana di dalam pedigri tersebut ia di amati.
• Masing2 kakeknya menyumbang seperempat dari genetic make-up subyek, dan diperhitungkan sumbangan dari pendahulunya (penurun kakek) adalah lebih kecil.
• Jika tercatat ketepatan dari prestasi leluhurnya, juga sulit dipakai sebagai patokan saat ini karena mereka dipelihara dalam lingkungan yang berbeda.



 3.Uji Keturunan (Progeny Test)

         Penilaian mutu yang berdasarkan prestasi dari keturunannya adalah Progeny Test atau uji keturunan. Tes ini umumnya dilakukan terhadap pejantan, karena ia bertanggung jawab terhadap banyaknya keturunan yang dihasilkan seumur hidupnya. Pada hewan betina hal ini tidak lazim dilakukan, kecuali jika dapat dilakukan embrio plantasi. Uji keturunan dibutuhkan dalah hal2 atau situasi sbb:
• Untuk karakter2 yang lemah diturunkannya.
• Untuk karakter yang khusus ditampilkan oleh salah satu jenis kelamin (misalnya produksi susu).
• Untuk prilaku khusus setelah dipotong (komposisi karkas).
Prinsip2 genetik dalam uji keturunan sebenarnya sangat sederhana. Sebagaimana diketahui, setiap keturunan akan mendapat genda dari penurunannya dan semakin banyak keturunan yang diteliti, diharapkan semakin tepat pulalah penilaian2 terhadap penurunannya.
Sering suatu sifat hanya muncul pada salah satu jenis kelamin saja ,misalnya produksi susu. Tetapi keunggulan potensi genetik ternak jantan untuk produksi susu juga sangat penting, karena pada umumnya ternak jantan dapat mengawini banyak betina. Apabila keadaan ini terjadi, maka bisa dilakukan uji Zuriat.Uji Zuriat adalah suatu uji terhadap seekor atau sekelompok ternak berdasarkan performance atau tampilan dari anak-anaknya. Uji ini lazim digunakan untuk evaluasi pejantan karena pejantan biasanya banyak menghasilkan keturunan. Keberhasilan uji Zuriat tergantung pada syarat-syaratberikut ini :
1.Pejantan diuji sebanyak-banyaknya (minimal 5-10 ekor tergantung jumlah anak yang dihasilkan).
2.Pengawinan pejantan dengan betina dilakukan secara acak untuk menghindari jantan-jantan mengawini betina yang sangat bagus atau sangat jelek.
3.Jumlah anak per pejantan diusahakan sebanyak mungkin (minimal 10 anak)
4.Jangan dilakukan seleksi terhadap anak-anaknya sebelum uji selesai.
5.Anak-anak seharusnya diperlakukan sama untuk mempermudah dalam membandingkan.

4.Collateral Relationship (Hubungan Kolateral)
Hubungan kolateral adalah hubungan keluarga antara dua individu ternak yang diturunkan oleh salah satu tetua yang sama.














Text Box: C




Text Box: B





Text Box: E



 


Text Box: DA














Text Box: C




Text Box: X





Text Box: M



 


Text Box: YZ





Text Box: AText Box: B                                                                                      

Text Box: XC






Text Box: Z


 




A dan Z hubungan kolateral yang diturunkan atau ada hubungan darah dengan tetua C  Berapa hubungan A dan Z? R-AZ = (1/2)h = (1/2)4 = 0,0625


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Meningkatkan kualitas dan performa dari suatu ternak membutuhkan penanganan khusus dari peternak salah satunya melalui kegiatan seleksi sebagai dasar-dasar seleksi dan metode seleksi. Bagaimana cara-cara pelaksanaan seleksi yang baik sehingga dapat meningkatkan hasil genetic yang lebih baik. Bagaimana pemilihan tetua maupun induk yang baik dan benar sehingga mendapatkan bakala-bakalan yang dapat meneruskan generasinya dengan tetap mempertahankan catatan prestasi yang maksimal.
Seleksi adalah istilah dalam pemilihan ternak yang menggambarkan proses pemilihan secara sistimatis ternak-ternak dari suatu populasi untuk dijadikan tetua generasi berikutnya.
Uji Zuriat atau juga dikenal dengan nama Progeny Test yaitu serangkaian uji pada calon pejantan untuk mengetahui kemampuan mewariskan sifat-sifat unggulnya pada keturunannya. Penilaian mutu yang berdasarkan prestasi dari keturunannya adalah Progeny Test atau uji keturunan. Tes ini umumnya dilakukan terhadap pejantan, karena ia bertanggung jawab terhadap banyaknya keturunan yang dihasilkan seumur hidupnya.

Daftar Pustaka

ASAL-USUL KAMBING GEMBRONG




ASAL-USUL KAMBING GEMBRONG

Lokasi ditemukannya Kambing Gembrong
Kambing ini merupakan spesies asli pulau bali dan habitat aslinya adalah di pantai timur bali, yaitu daerah kabupaten karangasem. Namun, sampai saaat ini belum diketahui dengan pasti bagaimana asal usul(dari mana asalnya, siapa yang membawa ke bali, kapan dibawa ke bali, mengapa hanya terdapat di bali saja, apa perannanya pada saat itu dan sebagainya). Keberadaanya di sekitar pantai timur bali ini mungkin magsudnya dahulu kala melalui jalan laut. Seorang ahli kambing dari FAO, Rumich (1967) mengatakan bahwa kambing gembrong dengan ciri-ciri jenis kambing ini berbulu panjang berwarna putih seperti sutra, hanya terdapat di bali timur saja(karangasem), dan merupakan spesies tersendiri. Pendapat serupa juga dikemukakan Devendra dan Burns (1983). Masudana (1977) pun telah pernah mengatakan dalam harian kompas 26 februari 1977 bahwa kambing gembrong itu bulunya panjang dan lebat seprti kapas. Masyarakat karangasem menyebutnya kambing gembrong.
Asal kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem. Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu panjang. Panjang bulu sekitar berkisar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai menutupi muka dan telinga. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm. Warna tubuh dominan kambing Gembrong pada umumnya putih (61,5%) sebahagian berwarna coklat muda (23,08%) dan coklat (15,38%). Pola warna tubuh umumnya adalah satu warna sekitar 69,23% dan sisanya terdiri dari dua warna 15,38% dan tiga warna 15,38%. Rataan litter size kambing Gembrong adalah 1,25. Rataan bobot lahir tunggal 2 kg dan kembar dua 1,5 kg. Tingkat kematian prasapih 20%.
Asal usul kambing gembrong belum bisa dipastikan. Ada yang menduga kambing tersebut merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki. Dugaan ini didasarkan pada ciri-ciri fisik kambing yang hampir mirip dengan kambing gembrong.
Dua jenis kambing itu masuk ke Bali dari luar negeri sebagai hadiah untuk seorang bangsawan Bali. Dari persilangan dua kambing itulah kambing gembrong muncul. Kambing itu berkembang hingga beranak pinak. Tetapi, cerita ini juga masih simpang siur. Soal asal usul kambing itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
“Kambing gembrong sangat unik. Kambing ini dulunya banyak hidup di daerah pantai di Kabupaten Karangasem. Nelayan sering memotong bulunya yang panjang lalu diikatkan ke kail untuk menangkap ikan,” kata Ketua Yayasan Bali Tekno Hayati yang juga peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bali, Suprio Guntoro.


Silsilah Kambing Gembrong
Silsilah kambing ini sampai saat ini tidak atau belum diketahui walaupun sudah dicoba menelusurinya melalu internet dan sumber-sumber lainnya. Namun demikian, penulis tetap konsern dengan ternak ini walaupun data yang dapat dikumpulkan masih sangat terbatas (sekecil apapun), masih mempunyai nilai (value) yang sangat berarti bagi semua yang memerlukannya. Tidak ada pekerjaan yang sia-sia kalau memang dikerjakan dengan ketulusan hati dan kesabaran tinggi. Mungkin ada yang menanyakan, mengapa silsilah hewan ini penting? Bukankah silsilahnya diperlukan oleh mahluk ciptaan tuhan yang tingkat tertinggi(manusia) saja? Silsilah ini diperlukan oleh siapa saja untuk mengetahui kekerabatannya sehingga dapat diprediksi asal usul keturunan yang dimagsud , dari mana asalanya, siapa nenek moyangnya, dan sebagainya. Keturunan sangat dipengaruhi oleh bibit, bebet, dan bobot. Demikian juga halnya dengan ternak.
Dari penelitian Yupardhi dkk.,.(2009) diperoleh informasi awal bahwa untuk sementara kambing gembrong ini bukan spesies murni lagi, karna hasil tes DNAnya hamper sama dengan DNA kambing PE dan kambing kacang. Artinya, kmbing gembrong ini campuran dari kambing PE dan kambing kacang(tidak asli lagi) 
Kenapa Kambing Gembrong kurang diminati peternak
Hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh Yupardhi,Dkk.,(2009) melaporkan bahwa populasi kambing gembrong ditempat aslinya (Karangasem) berkurang terus dari waktu ke waktu. Par peternak sering mengeluh, karena ternak (kambing gembrong)-nya sering dimangsa oleh anjing-anjing hutan yang bersembunyi di hutan-hutan sekitarnya. Artinya bahwa penurunan populasi kambing gembrong di Karangasem disebabkan oleh predator(anjing-anjing hutan). Factor lainnya antara lain adalah kurang laku di pasar(karena ukuran tubuhnya relative kecil dibandingkan kambing lain kecuali kambing kacang), padahal bulunya pernah menjadi favorit umpan mincing di laut. Namun, kini telah diganti dengan umpan dari plastic (lebih mudah mendapatkannya dan lebih murah harganya), dari social-budaya misalnya untuk keperluan ritual keagamaan orang cenderung memilih kambing yang lebih besar ukuran fisiknya. Hal ini mungkin karena dagingnya lebih banyak; dan dari segi komersial ongkos potongnya sama dengan kambing yang lebih kecil sehingga dari segi ekonomi kambing gembrong ini mungkin tidak mendatangkan keuntungan yang memadahi bagi peternaknya.
Dalan kurun waktu kurang – lebih 15 tahun belakangan ini (1993-2009), penurunan populasi kambing gembrong tersebut sangat drastic; tahun 1993 jumlahnya 59 ekor( Matram,Dkk.,1993) dan tahun 2009 hanya 5 ekor saja di sangyang ambu, desa Bugbug, Karangasem (Yupardhi,Dkk.,2009).
Peternak kambing gembrong ini memelihara ternaknya secara di umbar; artinya tidak dikandangkan. Mungkin saja cara ini kurang baik bagi ternak itu sendiri sehingga sering terkena penyakit dan predator din atas berkesempatan memangsanya. Bila hal ini dibiarkan terus ada kemungkinan suatu saat nanti kambing gembrong tersebut akan punah.

DAFTAR PUSTAKA

Yupardhi, W.S. 2015. Kambing Gembrong. Univ. Udayana, Denpasar
http://www.infoternak.com/kambing-gembrong/ (diakses melalui internet tanggal 30 nopember 2016)